Kurikulum Perguruan Tinggi Perlu Didorong ke Arah Revolusi Industri 4.0

[unpad.ac.id, 4/6/2018] Pesatnya perubahan global di era revolusi industri 4.0 perlu diantisipasi Universitas Padjadjaran. Bentuk antisipasi yang dilakukan diantaranya menyusun berbagai kebijakan yang responsif mendukung perubahan tersebut.

Rektor Universitas Padjadjaran saat melakukan dialog dengan anggota Senat Akademik dan Dewan Profesor dalam menentukan kebijakan Unpad di era Revolusi Industri 4.0 yang digelar di Ruang Serba Guna lantai 4 gedung 2 kampus Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung, Senin (4/6). (Foto: Tedi Yusup)*

Ketua Senat Akademik Unpad Prof. Oekan S. Abdoellah menjelaskan, masalah Indonesia yang belum terselesaikan di era revolusi industri 4.0 adalah daya saing sumber daya manusianya. Tingginya angka pengangguran tingkat sarjana, hingga kapasitas pekerja yang belum terampil menuntut Unpad lebih menyiapkan lulusan yang bisa bersaing di dunia nyata.

“Selain Pola Ilmiah Pokok, budaya Respect, SDGs, Nawacita, revolusi industri 4.0 perlu ditambahkan sebagai landasan pengembangan akademik Unpad ke depan ,” ujar Prof. Oekan dalam acara dialog bersama Senat Akademik dan Dewan Profesor Unpad di Ruang Serba Guna lantai 4 gedung 2 kampus Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung, Senin (4/6).

Pertemuan ini dihadiri anggota Senat Akademik dan sejumlah guru besar Unpad. Turut hadir Rektor Unpad Prof. Tri Hanggono Achmad, Ketua Dewan Profesor Unpad Prof. Sutyastie Soemitro Remi, dan Sekretaris Senat Akademik Unpad Dr. Tomy Perdana.

Arah pokok kebijakan Unpad ke depan adalah bagaimana mewujudkan aktivitas Tridarma terintegrasi, berimbang, dan berkelanjutan. Prof. Oekan mengatakan, pola Tridarma terintegrasi diyakini dapat mengantisipasi  berbagai masalah yang timbul akibat revolusi industri 4.0.

Turunan dari gagasan kebijakan ini salah satunya melakukan reorientasi kurikulum di tiap program studi. Proses reorientasi ini diharapkan mampu menyiapkan pembelajaran yang sejalan dengan kebutuhan pasar.

“Dengan adanya pembelajaran yang sejalan dengan pasar, ini bisa menjadi pangsa pasar tersendiri bagi kita,” imbuhnya.

Guru besar FISIP Unpad ini mengatakan, reorientasi ini akan melahirkan aktivitas pembelajaran lintas keilmuan. Ia menilai, masalah di era revolusi industri 4.0 tidak akan bisa diselesaikan hanya dengan satu ilmu saja. Dengan menguatkan pola pembelajaran multi dan transdisiplin, ia berharap lulusan Unpad memiliki daya saing yang tinggi.

Penguatan aktivitas transdisplin ini juga dibenarkan Rektor. Pola ini tidak hanya diterapkan di aspek pembelajaran, tetapi juga di aspek penelitian. Rektor menjelaskan, adanya pusat-pusat unggulan di Unpad salah satunya bertujuan menghasilkan aktivitas riset yang melibatkan multi atau transdisiplin.

Saat ini mayoritas riset yang dilakukan di Unpad masih menggunakan pendekatan di fakultas masing-masing.“Saat ini riset lebih banyak dilakukan di pusat studi, bukan di pusat unggulan. Seharusnya kalau kuat di multi dan transdisiplin, risetnya akan kuat di pusat unggulan,” kata Rektor.

Dengan menguatkan kerja sama lintas disiplin ilmu, diharapkan riset Unpad akan menghasilkan publikasi yang baik. Rektor juga mendorong publikasi riset pada jurnal-jurnal internasional. Ia menilai, publikasi pada jurnal memiliki daya ungkit yang baik.

Di hadapan para guru besar, Rektor juga mendorong para guru besar mampu menjalankan kepemimpinan akademiknya. Jumlah guru besar yang dimiliki Unpad saat ini mestinya mampu terlibat dalam aspek riset dan publikasi.

“Kalau terjadi sinergitas mestinya tidak ada publikasi yang terjadi tanpa pelibatan profesor,” kata Rektor.*

Laporan oleh Arief Maulana

 

Share this: