Meski Jadi Solusi, Ekofarming Perlu Dikombinasikan dengan Pertanian Konvesional

Sejumlah pembicara hadir dalam Seminar “Can Eco Farming Subtitute the Conventional Farming for Our Food Security?” yang digelar oleh Fakultas Pertanian Unpad di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad kampus Jatinangor, Rabu (28/3). (Foto: Tedi Yusup)*

[unpad.ac.id, 28/3/2018] Pertanian konvensional kerap menimbulkan berbagai masalah, seperti masalah lingkungan hingga kesehatan manusia. Untuk itu, banyak orang yang menilai bahwa pertanian berwawasan lingkungan atau ekofarming adalah solusinya. Lalu, apakah ekofarming benar-benar dapat menggantikan sistem pertanian konvensional untuk menuju ketahanan pangan Indonesia?

Sejumlah pembicara hadir dalam Seminar “Can Eco Farming Subtitute the Conventional Farming for Our Food Security?” yang digelar oleh Fakultas Pertanian Unpad di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad kampus Jatinangor, Rabu (28/3). Seminar tersebut digelar atas kerjasama Fakultas Pertanian Unpad dengan Yamagata University, Jepang. (Foto: Tedi Yusup)*

Dosen Fakultas Pertanian Unpad Nono Carsono, SP., M.Sc., Ph.D, mengungkapkan, perlu ada keseimbangan antara praktik pertanian konvensional dan ekofarming. Menurutnya, meski memiliki berbagai manfaat, ada sejumlah kendala dalam praktik ekofarming.

“Menurut pendapat saya, perlu dikombinasikan antara ekologi pertanian dengan pertanian konvensional untuk mendukung ketahanan pangan, karena ekofarming lebih banyak dipraktikan di area yang kecil, bukan di area yang luas. Untuk itu, kedua pendekatan tersebut perlu dikombinasikan,” ujar Nono saat menjadi salah satu pembicara dalam Seminar “Can Eco Farming Subtitute the Conventional Farming for Our Food Security?” yang digelar oleh Fakultas Pertanian Unpad di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad kampus Jatinangor, Rabu (28/3).

Seminar tersebut digelar atas kerjasama Fakultas Pertanian Unpad dengan Yamagata University, Jepang.

Dijelaskan Nono, saat ini dengan berbagai kendala yang dihadapi, ekofarming belum dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat secara keseluruhan. Selain diterapkan pada lahan yang lebih kecil dibanding pertanian konvensional, jumlah dari hasil panen pun seringkali tidak maksimal.

“Hasil dari ekofarming saat ini tidak sebanyak dari yang biasa dihasilkan pertanian konvensional atau industri,” ujar Nono.

Selain Nono, seminar tersebut menghadirkan pembicara Prof. Satoru Sato dari Departement of Bioenvironment Faculty Agrculture Yamagata University Jepang, Prof. Yahihito Shiono dari Departement of Biorsesorce Engineering Faculty Agrculture Yamagata University Jepang, dan Vira Kusuma Dewi, SP., M.Sc., Ph.D dari Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Faperta Unpad, serta dimoderatori oleh dosen Faperta Unpad Ir. Anas, M.Sc.,P.hD.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Sato memaparkan perkembangan industri pertanian dalam mewujudkan ketahanan pangan di Jepang. Ada banyak manfaat dari penerapan ekofarming, seperti mendukung peningkatan keanekaragaman hayati.

Laporan oleh Artanti Hendriyana/am

Share this: