[unpad.ac.id, 13/03/2018] Bahasa daerah atau bahasa ibu perlu dikenalkan pada anak sedini mungkin. Memelihara bahasa daerah bukan berarti hanya mengenalkan kosa kata atau tata bahasa, tetapi juga ikut menjunjung nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Tim Pengembang Kurikulum Bahasa Sunda Provinsi Jawa Barat, Darpan, M.Pd., (kiri) saat menjelaskan mengenai pentingnya pengayaan kurikulum bahasa Sunda di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam acara Seminar bertema “Ngawanohkeun Basa Sunda jeung Kaulinan Barudak” di Bale Sawala, Gedung Rektorat Unpad kampus Jatinangor, Selasa (13/03). (Foto: Tedi Yusup)*

“Dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), penting untuk mengenalkan, mengembangkan, dan mengajarkan bahasa Sunda pada anak-anak,” kata anggota tim Pengembang Kurikulum Bahasa Sunda Provinsi Jawa Barat, Darpan, M.Pd., saat menjadi pembicara dalam Seminar bertema Ngawanohkeun Basa Sunda jeung Kaulinan Barudak di Bale Sawala, Gedung Rektorat Unpad kampus Jatinangor, Selasa (13/03).

Acara ini digelar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat bekerja sama dengan Unpad, dalam rangka memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional.

Salah satu penyebab bahasa ibu dapat hilang adalah karena orang tua tidak mengenalkan bahasa ibunya. Di tanah Sunda misalnya, banyak orang tua yang lebih memilih mengenalkan bahasa Inggris ketimbang bahasa Sunda pada anaknya. Karena tidak dikenalkan sedini mungkin, anak pun menjadi tidak bangga dengan bahasa daerahnya.

Darpan menuturkan, pelestarian bahasa daerah penting untuk memperkaya identitas nasional, mencegah hilangnya bahasa daerah sebagai warisan budaya, dan memelihara kearifan lokal.

“Dengan demikian, kita memelihara bahasa Sunda bukan hanya karena supaya kosa katanya tidak hilang, atau struktur kalimatnya tidak hilang, tetapi nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa itu juga jangan sampai hilang,” ujarnya.

Darpan menyontohkan, kata punten dalam bahasa Sunda akan berbeda rasa dengan “permisi” dalam bahasa Indonesia. Pengucapan kata punten seringkali diiringi dengan gestur tubuh, nada bicara, dan ekspresi wajah yang memiliki nilai tertentu dalam budaya Sunda. Jika kata tersebut hilang, maka nilai yang terkandung juga hilang.

“Bahasa ibu itu perlu dipelihara karena dalam bahasa ibu ada kearifan lokal yang terintegrasi dalam nilai budaya. Kalau suatu bahasa punah, kearifan lokal yang terkandung dalam bahasa itu juga ikut punah,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Rektor Unpad Prof Tri Hanggono Achmad juga mengungkapkan pentingnya pengenalan bahasa daerah sedini mungkin. Sebagai perguruan tinggi yang berdiri di tanah Sunda, Unpad pun memiliki perhatian pada pemeliharaan budaya di Jawa Barat.

“Memang perjuangan yang tidak mudah untuk mengajarkan pada anak-anak, dimana sehari-harinya mereka sangat susah untuk berbicara bahasa Sunda,” kata Rektor.

Selain pengenalan bahasa, saat ini tidak mudah pula mengenalkan permainan tradisional Sunda pada anak-anak yang sudah kecanduan teknologi modern. Untuk itu pengenalan juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Dengan demikian, diharapkan anak menjadi tertarik dan mempelajari lebih dalam lagi.

Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Kepala Disparbud Provinsi Jawa Barat, Hj. Ida Hernida, SH, M.Si. Turut hadir sebagai pembicara Drs. H. Elin Syamsuri, Dr. Zaini Alif, dan Drs. Tatang Sumarsono yang memaparkan mengenai pengenalan bahasa Sunda dan permainan tradisional di PAUD/TK. Dalam kesempatan tersebut juga ditampilkan kesenian kaulinan urang lembur oleh Komunitas Hong sebagai pengenalan sejumlah permainan tradisional di Jawa Barat.*

Laporan oleh Artanti Hendriyana/am

Share this: