[unpad.ac.id, 2/11/2017] Memasuki revolusi industri keempat di tingkat global, Indonesia harus mampu menyiapkan diri. Di era dimana teknologi digital terus berubah secara signifikan, sumber daya manusia menjadi kunci keberhasilan suatu negara menghadapi revolusi industri tersebut. Ini berarti, revolusi industri sudah tidak lagi didominasi kelompok negara tertentu.

Panglima TNI periode 2013-2015 Jenderal (Purn) Dr. Moeldoko saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Panvest 2017 di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor, Kamis (2/11). Dalam kesempatan tersebut, Moeldoko menyampaikan tantangan yang dihadapi Indonesia menjelang puncak bonus demografi 2045 mendatang. (Foto: Arief Maulana)*

“Negara dengan sumber daya manusia yang unggul yang akan jadi pemenang. Intelektual properti jadi etalase,” ujar Panglima TNI periode 2013-2015 Jenderal (Purn) Dr. Moeldoko saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional “Panvest 2017” di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor, Kamis (2/11).

Bertumpu pada kekuatan sumber daya manusia, Indonesia rupaya belum mampu mengakomodasi intelektual propertinya. Banyak potensi SDM yang “diambil” negara lain. Moeldoko mengatakan, beberapa kaum intelektual Indonesia justru lebih dihargai dan difasilitasi negara lain dalam mengembangkan kemampuannya.

Padahal, Indonesia diproyeksikan akan mengalami puncak pertumbuhan ekonomi pada 2045. Di masa itu, sumber daya manusia didominasi oleh kelompok usia produktif. Untuk itu, kelompok ini perlu dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.

Lebih lanjut Moeldoko menyampaikan, perguruan tinggi dinilai menjadi salah satu unsur penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkompeten. Inovasi yang menjadi ranah perguruan tinggi harus mendapat perhatian khusus.

“Hanya dengan inovasi, di masa depan kita akan memiliki daya saing yang tinggi. Saya sangat care dengan mahasiswa yang memiliki inovasi,” ujarnya.

Selain menghasilkan inovasi, mahasiswa juga dituntut memiliki jiwa kepemimpinan. Moeldoko menjelaskan, seorang pemimpin ibarat dirigen dalam satu pertunjukan orkestra. Jika dirigennya tidak piawai, pertunjukan akan menjadi kacau.

Demikian pula dengan seorang pemimpin. Jika jiwa kepemimpinan, lanjut Moeldoko, tidak mampu mengalir, maka dikhawatirkan segala tugas dan kinerja akan stagnan. Seorang pemimpin harus punya kejelasan arah berpikir dan bersikap, serta memiliki visi misi yang dapat diwujudkan.

Di hadapan mahasiswa, Moeldoko berpesan agar generasi muda mampu melakukan perubahan. “Lingkungan berubah dengan sangat cepat, penuh risiko dan kompleksitas. Lantas kalau kita tenang-tenang saja, kira-kira seperti apa nasib kita ke depannya,” kata Moeldoko.

Seminar nasional ini digelar oleh Himpunan Mahasiswa Administrasi Publik FISIP Unpad. Dibuka secara resmi oleh Dekan FISIP Unpad Dr. R. Widya Setiabudi S, M.T., M.Si., (Han), seminar ini menghadirkan pembicara Dosen FISIP Unpad Yogi Suprayogi Sugandi, PhD, Staf Ahli Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Rahma Iryanti, serta Ketua Komisi XI DPR RI Melcias Marcus Mekeng.*

Laporan oleh Arief Maulana

Share this: