Duta Besar Darmansjah Djumala: Indonesia Punya Etika Diplomasi

[unpad.ac.id, 17/10/2017] Pemerintah Indonesia selalu aktif berkontribusi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan di satu atau antar negara. Peran diplomasi yang dilakukan Indonesia selalu mengedepankan upaya-upaya negosiatif.

Duta Besar RI untuk Austria dan Slovenia Dr. Darmansjah Djumala saat memberikan kuliah umum bertajuk “Membumikan Diplomasi Multilateral” di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor, Selasa (17/10). Kuliah umum ini digelar oleh FISIP Unpad. (Foto: Tedi Yusup)*

Duta besar RI untuk Austria dan Slovenia Dr. Darmansjah Djumala mengatakan, proses diplomasi yang dilakukan Indonesia selalu mengacu pada etika yang telah ditetapkan. Ada tiga komponen utama yang harus dilakukan diplomat dalam melakukan diplomasi, yaitu dialog, kompromi, dan nonkekerasan.

“Ini yang sering dilupakan seorang diplomat, kalau mau menyampaikan pendapat maunya ribut, ujung-ujungnya berantem,” ujar Darmansjah saat memberikan kuliah umum bertajuk “Membumikan Diplomasi Multilateral” di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor, Selasa (17/10).

Tiga etika ini menjadikan Indonesia selalu diterima negara yang sedang memiliki masalah. Berkaca pada penyelesaian kasus pelanggaran HAM di Rohingya, Myanmar, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang diterima baik oleh Myanmar. Di saat negara lain banyak mengecam tindakan Myanmar, Indonesia mengedepankan pendekatan kemanusiaan untuk menyelesaikan konflik tersebut.

Darmasjah menceritakan, delegasi Indonesia yang diwakili Menteri Luar Negeri Retno Marsudi merupakan satu-satunya pejabat tinggi negara yang diterima secara resmi oleh pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi. Pasca pertemuan ini, Indonesia didaulat menjadi satu-satunya negara yang dimintai nasihat oleh Myanmar pascapenanganan konflik Rohingya.

Penerimaan ini, lanjut Dosen program Doktor Hubungan Internasional FISIP Unpad tersebut, jauh bertolak belakang dengan sikap Myanmar terhadap negara pengecam, diantaranya Malaysia dan Turki. Di saat dua negara itu mengecam keras tindak Myanmar dengan dalih kekerasan terhadap agama dan HAM, pendekatan kemanusiaan Indonesia justru jauh lebih efektif.

Untuk itu, Darmansjah menepis persepsi bahwa pemerintah Indonesia abai terhadap kekerasan di Myanmar. “Kalau kita tidak peduli, tentu kita tidak akan diterima dengan baik oleh Myanmar,” kilahnya.

Pada kuliah umum itu, Darmansjah juga menjelaskan mengenai proses diplomasi multilateral. Banyak kalangan menilai, diplomasi yang melibatkan banyak negara kerap tidak menghasilkan manfaat signifikan. Diplomasi ini hanya sekadar menghasilkan deklarasi di atas kertas.

Namun, Darmansjah kembali menepis pendapat tersebut. Diplomasi multilateral dapat memberikan manfaat langsung ke masyarakat. Syaratnya, diplomasi ini harus dapat menetapkan program prioritas yang bisa dibumikan.

Salah satu wujud membumikan diplomasi multilateral sudah dilakukan Darmansjah sebagai Ketua Dewan Gubernur International Atomic Energy Agency (IAEA) atau Badan Tenaga Atom Internasional. Dalam forum tersebut, diplomasi multilateral berhasil menggulirkan program kerja implementasi nuklir bagi kepentingan masyarakat di beberapa negara.*

Laporan oleh Arief Maulana

 

Share this: