Unpad Gelar Salat Idul Adha 1438 H dan Pemotongan Hewan Kurban

[unpad.ac.id, 4/09/2017] Universitas Padjadjaran melaksanakan salat Idul Adha 1438 H dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban pada Jumat (1/09). Pelaksanaan salat Idul Adha digelar di dua lokasi kampus Unpad, yaitu di Lapangan Parkir Utara Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, serta di Lapangan Stadion Jati Kampus Jatinangor.

Guru Besar Fakultas Peternakan Unpad Prof. Dr. Ir. H. Maman Paturochman, M.S., saat menjadi Imam/Khatib dalam salat Idul Adha di kampus Iwa Koesoemasoemantri, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung. (Foto: Tedi Yusup)*

Pelaksanaan salat Idul Adha di kampus Iwa Koesoemasoemantri digelar dengan Imam/Khatib Guru Besar Fakultas Peternakan Unpad Prof. Dr. Ir. H. Maman Paturochman, M.S. Dalam ceramahnya, Prof. Maman mengajak umat untuk menafakuri momentum Idul Adha sebagai bagian dari riwayat peradaban Islam di masa lampau.

Prof. Maman mengatakan, ibadah haji merupakan kegiatan napak tilas dari apa yang telah dilaksanakan Nabi Ibrahim as., Siti Hajar, dan Nabi Ismail as. Agar dapat menghayati proses ibadah haji, maka umat Islam wajib mengenal baik keteladanan ketiga tokoh tersebut. Penyembelihan hewan kurban saat Idul Adha pun tidak lepas dari riwayat perjalanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Sementara di Jatinangor, pelaksanaan salat digelar dengan Imam/Khatib Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpad Dr. R. Widya Setiabudi S., S.IP., S.Si., M.T., (Han). Dalam ceramahnya, Dr. Widya juga mengajak umat Islam mengenang perjalanan haji wada’ (haji terakhir) Rasulullah Muhammad saw.

Saat melakukan haji wada’, Rasulullah menyampaikan khotbah terakhir. Dr. Widya mengutip, seorang Muslim merupakan orang yang tidak pernah mengganggu orang lain dengan lidah dan tangannya. Demikian pula seorang Mukmin merupakan orang yang mendatangkan rasa aman pada orang lain melalui harta dan kehormatan hidupnya.

“Di penghujung akhir hayatnya beliau ingin mewasiatkan pesan yang beliau prediksikan akan menjadi pedoman bagi umat Islam di hari kemudian.  Melalui khutbah terakhirnya beliau ingin menegaskan kembali perlunya umat manusia untuk saling mencintai di antara sesama dan menjauhi sifat atau perbuatan yang menzalimi sesama manusia,” kata Dr. Widya.

Dr. Widya juga menyebut, di ujung hayatnya, Rasulullah mengkhawatirkan terpecahnya umat Islam di akhir zaman. Pada masa itu, umat Islam terpecah belah, saling menyakiti, dan memerangi. Suatu umat menurut Rasulullah tergolong kafir apabila permusuhan dan penzaliman dilakukan olehnya.

Definisi kafir ini oleh Dr. Widya dikaitkan dengan peristitwa yang kerap terjadi saat ini. Menurutnya, definisi kafir saat ini telah bergeser dengan apa yang disabdakan Rasulullah, yaitu sebutan bagi yang tidak sepaham dengan suatu umat.

“Bahkan kita menyebut kafir kepada mereka yang tidak semazhab dengan kita. Lebih celaka lagi, mereka yang kemudian kita sematkan sebagai orang kafir, kemudian kita halalkan darahnya, kehormatannya dan hartanya. Padahal suara Nabi saw adalah suara kasih sayang. Sementara suara kita sekarang adalah suara kebencian!” tegas Dr. Widya.

Usai pelaksanaan salat, dilakukan pemotongan hewan kurban di kampus Jatinangor. Ketua Panitia Idul Adha dan Kurban di Unpad Dr. Gigin Ginanjar Kamil Basar, MM, mengatakan, panitia menyembelih 21 ekor sapi dari sumbangan civitas academica maupun jemaah Masjid Raya Unpad Kampus Jatinangor.

Daging kurban tersebut kemudian dibagikan kepada masyarakat di 12 desa se-kecamatan Jatinangor, civitas academica Unpad, kampus Unpad di Pangandaran dan Garut, serta seluruh masjid di lingkungan kampus Unpad.

“Momentum kurban ini merupakan perwujudan Unpad dalam melaksanakan misi-misi kemaslahatan bagi semua civitas academica,” kata Dr. Gigin.*

Laporan oleh Arief Maulana

 

Share this: