Pemerintah Didorong Kembangkan Produk Pertanian Lokal

[unpad.ac.id, 27/07/2017] Peluang pasar varietas pangan lokal Indonesia masih terbuka lebar. Namun, varietas lokal rupanya masih kalah bersaing, bahkan di negara sendiri. Perlu upaya bersama antara Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan dalam mempromosikan berbagai varietas lokal unggulan Indonesia.

Para pembicara Seminar Nasional Sosial Ekonomi Pertanian Unpad 2017 yang digelar Fakultas Pertanian Unpad di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor, Kamis (27/07). (Foto: Tedi Yusup)*

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Ir. Ronnie S. Natawidjaja, M.Sc., PhD, mengatakan, peningkatan promosi berbagai varietas lokal Indonesia di tingkat internasional semestinya diimbangi kemampuan melakukan diferensiasi produk. Pada umumnya, Indonesia masih mengekspor hasil pertanian sebagai komoditas.

“Peluang mengangkat produk lokal ke internasional harusnya dengan mengubah komoditas menjadi produk,” kata Ronnie dalam Seminar Nasional Sosial Ekonomi Pertanian Unpad 2017 yang digelar Fakultas Pertanian Unpad di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor, Kamis (27/07).

Komoditas pertanian lokal hanya bisa berdaya saing di pasar internasional bila sudah menjadi produk terdiferensiasi. Produk ini memiliki nilai tambah bila dibandingkan sebagai komoditas yang hanya digunakan sebagai bahan baku industri.

Lebih lanjut Ronnie mengatakan, pengembangan produk terdiferensiasi membutuhkan standardisasi. Standar ini akan menentukan kualitas produk di pasar. Dengan adanya standardisasi, diharapkan terdapat kualitas yang sama terhadap semua produk.

Standar ini juga dibuat agar perlakuan pascapanen varietas dapat dilakukan secara optimal. Untuk hal ini, Ronnie berpendapat perlu adanya lembaga pemasaran bersama, baik berupa kelompok, koperasi, maupun koperasi yang bertugas mengontrol kualitas, melakukan koordinasi, dan mengendalikan pasokan produk.

Selain standar kualitas yang sama, produk lokal juga diarahkan untuk memiliki merek lokal yang berstandar nasional. Merek ini juga yang menjadikan produk lokal Indonesia dikenal pasar dunia.

Ronnie mencontohkan, saat ini komoditas teh Indonesia di tingkat dunia masih digunakan sebagai bahan campuran. Padahal, Indonesia memiliki musim yang mampu menghasilkan teh dengan kualitas terbaik. “Karena di kita belum ada merek teh yang terstandar, teh di kita masih jadi campuran,” ujarnya.

Aspek budaya juga perlu dilibatkan dalam promosi produk lokal. Ronnie menuturkan, aspek budaya mampu memberikan nilai unik yang tidak akan ditemui atau dihasilkan di tempat lain. Nilai-nilai budaya dalam pengolahan produk lokal perlu diperhatikan dan diwariskan turun temurun sebagai bagian dari kualitas produk.

Sebagai contoh, produk kopi lokal Indonesia baiknya dipaparkan pula bagaimana proses tradisional pengolahannya, sehingga membedakan kualitasnya dengan kopi lain. “Memiliki nilai-nilai budaya tinggi khas daerah diharapkan dapat memberikan oleh-oleh untuk tamu maupun konsumen mancanegara,” jelas Ronnie.

Tergerus Pembangunan

Di sisi lain, pembangunan dan invasi komoditas nonlokal yang memiliki nilai ekonomi tinggi menggerus lahan-lahan pertanian. Pimpinan Komisi IV DPR RI Dr. Ir. H. E. Herman Khairon, M.Si., mengatakan, saat ini Indonesia dihadapkan pada keterbatasan lahan pertanian.

“Luas lahan pertanian kita tidak luas, dan kita tahu Indonesia tidak seluruhnya daratan,” ujar Herman yang juga menjadi pembicara dalam seminar nasional tersebut.

Daratan Indonesia hanya 1/3 dari total luas negara. Sisanya merupakan lautan. Dalam perumusan undang-undang terkait pangan, sektor kelautan dan perikanan telah dimasukkan sebagai masa depan pangan Indonesia.

“Artinya kita punya harapan mengembangkan potensi di laut,” ujar Herman.

Pemanfaatan teknologi dalam mendukung pertanian Indonesia dinilai masih belum sebanding dengan negara maju. Herman menuturkan, di negara-negara maju, pertanian tidak lagi tergantung pada lahan. Banyak media yang dapat digunakan untuk pengembangan pertanian melalui rekayasa teknologi.

Untuk itu, ia pun menekankan bahwa mewujudkan ketahanan Indonesia perlu dibangun melalui sistem yang jelas, holistik, dan komprehensif. Sistem ini harus mengikuti dinamika global, hingga mempertimbangkan indikator makro dan mikronya.

Melihat pada arah kebijakan pembangunan pertanian, Herman mendorong Pemerintah memulai kebijakan diversifikasi pangan. Kebijakan ini mendorong pengembangan dan memfasilitasi budidaya tanaman pangan pokok alternatif sesuai potensi lokal.

“Saat ini, kebijakan diversifikasi kita masih nol besar,” kata Herman.

Seminar yang mengangkat tema “Daya Saing Berkelanjutan Agribisnis Spesifik Lokal” ini juga menghadirkan dua pembicara lainnya, yaitu Direktur PT. Pertani Dr. Ir. Wahyu, MM., serta perwakilan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.*

Laporan oleh Arief Maulana

Share this: