Tradisi Sunda Sudah Lama Menyimpan Nilai-nilai Integritas Bangsa

Kapolda Jawa Barat Irjen. Pol. Dr. Drs. H. Anton Charliyan, M.P.K.N,. saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Kearifan Lokal dalam Pemertahanan Integrasi Bangsa yang digelar Paguyuban Mahasiswa Sastra Sunda (Pamass) Unpad di Pusat Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Unpad, Jatinangor, Selasa (25/04) kemarin. Dalam kesempatan tersebut, Anton mengungkapkan, semangat cinta tanah air, persatuan dan kesatuan bangsa, serta jiwa patriotisme sesungguhnya sudah tertuang dalam tradisi Sunda. (Foto: Tedi Yusup)

[Unpad.ac.id, 26/04/2017] Sudah sejak lama semangat cinta tanah air, persatuan dan kesatuan bangsa, serta jiwa patriotisme tertuang dalam tradisi Sunda. Namun, nilai-nilai tersebut saat ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Padahal, bukan hanya di Tanah Sunda, kearifan lokal terkait nilai-nilai integritas bangsa diyakini telah tertuang di sejumlah warisan leluhur nusantara di berbagai budaya.

Kapolda Jawa Barat Irjen. Pol. Dr. Drs. H. Anton Charliyan, M.P.K.N,. saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Kearifan Lokal dalam Pemertahanan Integrasi Bangsa yang digelar Paguyuban Mahasiswa Sastra Sunda (Pamass) Unpad di Pusat Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Unpad, Jatinangor, Selasa (25/04) kemarin. Dalam kesempatan tersebut, Anton mengungkapkan semangat cinta tanah air, persatuan dan kesatuan bangsa, serta jiwa patriotisme sesungguhnya sudah tertuang dalam tradisi Sunda. (Foto: Tedi Yusup)

“Jadikanlah kearifan-kearifan lokal ini untuk memperkuat kebudayaan nasional. Karena yang namanaya budaya nasional itu adalah puncak dari budaya daerah,” kata Kapolda Jawa Barat Irjen Pol. Dr. Drs. H. Anton Charliyan, M.P.K.N,. saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Kearifan Lokal dalam Pemertahanan Integrasi Bangsa yang digelar Paguyuban Mahasiswa Sastra Sunda (Pamass) Unpad di Pusat Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Unpad, Jatinangor, Selasa (25/04) kemarin.

Anton mengungkapkan, di Tatar Sunda, konsep cinta tanah air diantaranya tertuang dalam naskah Amanat Galunggung yang ditulis Prabu Darmasiksa pada abad ke-15. “Jadi sebelum ada konsep tentang wawasan nusantara, tentang ketahanan nasional, Sunda sudah ada,” ujarnya.

Selain tertuang dalam berbagai naskah kuno, filosofi terkait kekuatan bangsa juga terlihat dari sejumlah permainan tradisional. Sebut saja slepdur, pecle, perepet jengkol, dan hompimpa yang mencerminkan nilai gotong royong dan kebersamaan. Berbeda dengan permainan anak modern yang lebih individualistis.

“Banyak orang Sunda tapi tidak mengerti filosofi Sunda. Banyak orang Jawa tapi tidak mengerti filosofi Jawa. Karena kita meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal,” ujar Anton.

Menurut Anton, suatu bangsa dapat hancur jika budayanya telah hancur. Perlu ada upaya bersama dalam mempertahankan budaya nasional, mengingat Indonesia juga sangat kaya akan budaya. Jangan sampai Indonesia mengalami krisis budaya.

“Ketahanan budaya inilah yang merupakan salah satu hal yang harus kita cermati bersama,” katanya.

Seminar nasional ini dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Dr. Arry Bainus, M.A., dan dihadiri juga oleh Dekan FIB Unpad Drs. Yuyu Yohana Risagarniwa, M.Ed., PhD. Acara ini digelar sebagai bagian dari Sarasehan Nusantara 2017, kegiatan tahunan Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah se-Indonesia (Imbasadi). Tahun ini, sarasehan mengangkat tema “Khasanah Budaya Daerah untuk Membangun Jiwa Nasionalisme dalam Kebhinekatunggalikaan.”

Selain seminar nasional, Sarasehan Nusantara 2017 juga menggelar temu ilmiah, perlombaan, gebyar budaya, studi wisata, dan sharing session. Kegiatan ini digelar mulai Sabtu (22/04) hingga Rabu (26/04), dan diikuti oleh ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Imbasadi.

Laporan oleh Artanti Hendriyana/am

 

Share this: