Prof. Dr. Nana Sulaksana, Ir., M.SP., “Ilmu Geomorfologi Memegang Peranan Penting di Masa Datang”

[Unpad.ac.id, 24/02/2017] Perkembangan ilmu geomorfologi dalam dasawarsa terakhir berkembang sangat pesat. Pesatnya perkembangan ini salah satunya didasarkan adanya aplikasi penggunaan teknologi. Diyakini, ilmu ini akan memegang peranan yang lebih penting di masa yang akan datang.

Prof. Dr. Nana Sulaksana, Ir., M.SP., saat membacakan Orasi Ilmiah berkenaan dengan Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Geomorfologi pada Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Jumat (25/02). (Foto: Tedi Yusup)*
Prof. Dr. Nana Sulaksana, Ir., M.SP., saat membacakan Orasi Ilmiah berkenaan dengan Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Geomorfologi pada Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Jumat (25/02). (Foto: Tedi Yusup)*

Hal itu dikemukakan Prof. Dr. Nana Sulaksana, Ir., M.SP, saat membacakan Orasi Ilmiah berkenaan penerimaan jabatan Guru Besar Bidang Ilmu Geomorfologi pada Fakultas Teknik Geologi Unpad, di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung, Jumat (24/02). Dalam acara tersebut, Prof. Nana dilantik dan dikukuhkan menjadi Guru Besar oleh Rektor Unpad, Prof. Tri Hanggono Achmad, di hadapan anggota Dewan Profesor, profesor tamu, dan tamu undangan.

Ilmu geomorfologi semula merupakan bahasan dalam ilmu filsafat, yakni diamati tanpa diikuti dengan verifikasi atau pembuktian penyebabnya. Pengamatan ini pertama kali dilakukan ahli filsafat Yunani, Herodotus (485 – 425 SM), yang mengasumsi adanya pengangkatan daratan Mesir berdasarkan pengamatan berdasarkan gejala alam terhadap endapan lumpur yang amat luas di lembah Sungai Nil.

Geomorfologi kemudian perlahan berkembang menjadi ilmu berdasarkan beberapa penelitian dari para ahli dan pemikir, diantaranya: Plato, Ibnu Sina (980-1037), Leonardo da Vinci (1452-1519), Ferdinand de Saussure (1740-1799), hingga pendapat seorang Dokter cum Geolog, James Hutton (1725-1797) yang kemudian membawa ilmu Geomorfologi ke dalam era modern.

“James Hutton sendiri dianggap sebagai Bapak Ilmu Geologi Modern,” kata Prof. Nana.

Penggunaan potret radar pada awalnya digunakan secara terbatas di lingkungan militer. Pertengahan abad 20, teknologi ini kemudiaan diizinkan digunakan di berbagai cabang ilmu pengetahuan, termasuk geomorfologi.

Potret udara ini menampilkan bentuk roman muka bumi dalam penampilan 3 dimensi. Teknologi ini juga menampilkan bentuk bentang alam yang dapat diubah menjadi peta topografi. Dengan demikian, sulitnya medan yang selama ini menghambat penyusunan peta topografi dapat diatasi.

Dalam kurang dari dua dasawarsa, pasca pemanfaatan teknologi penginderaan jauh, muncul pula kemampuan penyelidikan bentang bumi melalui satelit. Prof. Nana mengatakan, satelit melakukan teknik pemotretan yang memecah spektrum cahaya atas beberapa bagian dengan berbagai saluran yang memiliki keunggulan yang berbeda-beda.

Selanjutnya, berkembang teknologi baru yang bernama penginderaan jauh. Dalam perkembangannya, teknik ini dapat menggunakan pesawat terbang kecil tanpa awak. Teknologi ini, lanjut Prof. Nana, jauh lebih efektif dan efisien, serta memiliki aksesibilitas yang lebih baik khususnya untuk menangkap citra pengamatan di wilayah yang berbahaya.

Teknologi lainnya yang juga berpengaruh dalam ilmu geomorfologi adalah pemanfaatan Gepositioning Satellite (GPS). Teknologi GPS dapat digunakan untuk pengukuran gejala geomorfologi dinamis untuk mengantisipasi berbagai gejala kebencanaan, seperti: tanah longsor, penurunan muka tanah, pergerakan lempeng, juga prediksi gempa bumi atau letusan gunung api.

Dengan berbagai teknologi yang ada, pendidikan ilmu geomorfologi sebaiknya difokuskan dalam menunjang kegiatan eksplorasi, pengembangan wilayah, dan mitigasi bencana. “Pemahaman geomorfologi harus didahului dengan pengetahuan tentang dasar-dasar ilmu geologi. Sebab gejala geomorfologi seyogyanya dapat memebrikan masukan bagi analisis gejala geologi,” papar Prof. Nana.

Prof. Nana telah lama melakukan penelitian di bidang geomorfologi. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Laboratorium Geomorfologi dan Penginderaan Jauh FTG Unpad periode 2009-2014. Hingga saat ini, Guru besar kelahiran Tasikmalaya, 2 Oktober 1952 ini telah meluluskan 150 orang Sarjana, 25 orang Magister, dan 10 orang Doktor.*

 

Laporan: Arief Maulana

Share this: