[Unpad.ac.id, 15/12/2016] Guru Besar Emeritus Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran, Prof. Bachrulhayat Koswara meluncurkan dua buah buku di Bale Sawala, Gedung Rektorat Unpad kampus Jatinangor, Kamis (15/12). Buku yang diluncurkan berjudul “Kumpulan Tulisan tentang: Perairan Umum dan Kelautan” dan “Air dalam Perspektif Islam dan Ilmu Pengetahuan” yang diterbitkan oleh Unpad Press.
Pada kesempatan tersebut, Prof. Bachrul mengungkapkan bahwa di buku “Kumpulan Tulisan tentang: Perairan Umum dan Kelautan”, ia mengumpulkan dan menyusun kembali sejumlah tulisan karyanya yang pernah dimuat di media massa. Materi tulisan disusun dalam enam kelompok, yaitu perairan umum dan lingkungan, Undang-undang Kelautan, pemberdayaan masyarakat nelayan, wacana perubahan struktur kementerian kelautan, ketahanan pangan dan nasional dan impor ikan, kontroversi membuka usaha perikanan tangkap, hari perayaan sedunia, dan perdagangan bebas ASEAN.
“Ini sebagian besar hasil tulisan saya yang pernah dimuat di mass media,” ungkap Dekan Pertama Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad ini.
Prof. Bachrul sendiri pernah menjadi staf redaksi di Harian Umum Pikiran Rakyat. Kini, ia masih aktif menulis untuk mengisi rubrik opini di harian tersebut. Selain itu, sebagai Guru Besar Emeritus Unpad, Prof. Bachrul juga menjalankan berbagai tugas akademik di Unpad, termasuk mengajar, meneliti, dan menulis buku ajar.
Sementara itu, buku “Air dalam Perspektif Islam dan Ilmu Pengetahuan” disusun berdasarkan Al-Quran dan Hadist serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Buku ini juga dibuat berdasarkan latar belakang keilmuan Prof. Bachrul di bidang Ilmu Perairan (Aquatic Sciences), ketika ia menempuh studi untuk meraih gelar Magister di Institut Pertanian Bogor tahun 1985. Ia juga pernah mengikuti kursus singkat tentang Ekologi Perairan Terapan di Reading University, Inggris, tahun 1991.
Buku ini diantaranya berisi mengenai karakteristik air, keajaiban air, serta masalah dan krisis Air. Dalam bukunya tersebut, Prof. Bachrul pun menyebutkan bahwa manusia sebagai pemimpin di bumi ini, masih belum mampu mengelola sumber daya di bumi dengan baik. Hal ini terlihat dari berbagai kerusakan alam yang terjadi akibat ulah manusia.
Manusia sendiri wajib untuk menjaga keseimbangan lingkungan hidup. “Karena kerusakan lingkungan akan berdampak pada manusia itu sendri,” ujarnya.*
Laporan oleh: Artanti Hendriyana / eh