Media Massa Semakin Tergerus Perkembangan Teknologi Informasi

Para narasumber dan moderator Seminar Internasional “Mass Media at Crossroads International Cenference 2016” yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad di Trans Hotel Luxury, Bandung, Selasa (6/12). (Foto oleh: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 6/12/2016] Media massa arus utama saat ini dinilai semakin tergerus oleh pesatnya perkembangan teknologi informasi. Ini juga terlihat dari hasil survei yang dilakukan majalah terkemuka asal Inggris, The Economist, menunjukkan terjadi tren penurunan media massa cetak di kawasan Amerika Serikat, Kawasan Eropa Utara, Australia, hingga Selandia Baru.

Para narasumber dan moderator Seminar Internasional “Mass Media at Crossroads International Cenference 2016” yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad di Trans Hotel Luxury, Bandung, Selasa (6/12). (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Para narasumber dan moderator Seminar Internasional “Mass Media at Crossroads International Cenference 2016” yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad di Trans Hotel Luxury, Bandung, Selasa (6/12). (Foto oleh: Tedi Yusup)*

Menurut Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) RI, Drs. Gun Gun Siswadi, M.Si., media massa arus utama saat ini dianggap kalah cepat dalam mengabarkan informasi. Hal tersebut dikemukakan Gun Gun saat menyampaikan keynote speech Menkominfo RI Rudiantara, MBA, dalam Seminar Internasional “Mass Media at Crossroads International Cenference 2016” yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad di Trans Hotel Luxury, Bandung, Selasa (6/12).

Pesatnya teknologi informasi memungkinkan publik berinteraksi lebih cepat dalam mengabarkan peristiwa dibanding media arus utama. Hal ini kemudian memunculkan istilah citizen journalism, dimana informasi dari masyarakat dapat langsung disebarluaskan melalui jagat maya. Konsep ini lebih mengedepankan kecepatan penyebaran informasi.

Sementara media arus utama lebih mengedepankan kredibilitas dan kode etik jurnalisme. Gun Gun mengatakan, jurnalisme publik menghilangkan peran editor dan profesionalitas wartawan dalam menyampaikan berita.

Persaingan tersebut semakin menjadi tantangan jika media sosial turut serta dalam menyampaikan peristiwa. “Media mainstream semakin sulit mengontrol masyarakat dalam menyampaikan informasi di media sosial,” kata Gun Gun.

Meski dinilai lebih kredibel, lanjut Gun Gun, persaingan media arus utama dan platform digital tidak selamanya berbuah manis. Media arus utama dengan mengedepankan kredibilitas dan kode etik juga terkadang tergiring mengambil informasi dari digital sehingga peran kontrol dalam media arus utama cenderung tidak berjalan.

Kemenkominfo RI sendiri memiliki kepentingan dalam mendukung eksistensi media arus utama. Di satu sisi, media jenis ini lebih mampu menginformasikan dengan baik berbagai program yang dijalankan Pemerintah. Gun Gun menilai, perkembangan media arus utama akan turut berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, bukan hanya di perkotaan tetapi juga menjangkau wilayah pedesaan dan wilayah terdepan Indonesia.

“Media harus mampu memberikan informasi dan nilai-nilai hiburan yang mengedepankan pada nilai-nilai kebangsaan,” tutur Gun Gun.

Untuk itu, ia berharap para pelaku media arus utama dapat menjunjung tinggi profesionalisme dan kode etik. Media harus mampu meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan para pekerjanya. Ia yakin, tanpa ada kompetensi dan profesionalisme, media arus utama akan semakin redup.

Gun Gun juga mendorong kontribusi akademisi untuk dapat membangun edukasi kepada masyarakat terkait pemanfaatan teknologi digital. Ini diharapkan akan menciptakan komunitas masyarakat yang menjunjung tinggi kode etik dalam memanfaatkan teknologi digital.

Sementara itu, Rektor Unpad dalam pembukaan seminar mengatakan, media massa juga memiliki peran dalam mendiseminasikan berbagai hasil penelitian yang dilakukan akademisi. Oleh karena itu, Rektor selalu menekankan pada aspek media menjadi salah satu pemangku kepentingan dalam kolaborasi lintas sektor yang dilaksanakan Unpad.

Melalui kerjasama Pentahelix, Unpad melakukan serangkaian lintas sektor dengan pemerintah, sektor usaha, komunitas, dan media. Kerja sama ini sebagai implementasi Unpad sebagai perguruan tingg generasi ketiga, dimana saat ini peran perguruan tinggi bukan lagi sebagai sumber keilmuan, tetapi berkontribusi aktif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dekan Fikom Unpad, Dr. Dadang Rahmat Hidayat, S.Sos., S.H., M.Si., mengatakan, seminar ini akan membedah peran strategis media massa dan kontemporer dilihat dari perspektif Komunikasi Sosial Budaya, Teknologi Komunikasi dan Studi Lingkungan, serta Komunikasi Bisnis dan Industri Media.

Seminar ini diikuti oleh 111 pemakalah dari 9 negara, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Australia, Korea Selatan, Pakistan, Malaysia, India, Turki, dan Indonesia. Seminar juga menghadirkan empat pembicara utama, yaitu: Michael Gill (Counsellor of Dragoman), Prof. Sung Kyum Cho (Guru Besar bidang Komunikasi di Chungnam National University South Corea), Arielle Emmet, PhD (jurnalis Amerika), dan Prof. Deddy Mulyana, M.A., PhD (Guru Besar Fikom Unpad).*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

Share this: