Ketua Umum PATPI Pusat, Prof. Dr. Ir. Rindit Pambayun, M.P., saat menjadi pembicara pada “Seminar Nasional Ketahanan Pangan: Membangun Ketahanan Pangan Pangan Melalui Pemberdayaan Komoditas Lokal” di Auditorium FTIP Unpad, Jatinangor, Rabu (30/11). (Foto oleh: Dadan T.)*

[Unpad.ac.id, 30/11/2016] Ketua Umum Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Pusat, Prof. Dr. Ir. Rindit Pambayun, M.P., berpendapat, Indonesia seharusnya bisa menjadi lumbung pangan dunia. Oleh karena itu, upaya pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan nasional seharusnya bisa lebih ditingkatkan hingga tingkat dunia.

Ketua Umum PATPI Pusat, Prof. Dr. Ir. Rindit Pambayun, M.P., saat menjadi pembicara pada “Seminar Nasional Ketahanan Pangan: Membangun Ketahanan Pangan Pangan Melalui Pemberdayaan Komoditas Lokal” di Auditorium FTIP Unpad, Jatinangor, Rabu (30/11). (Foto oleh: Dadan T.)*
Ketua Umum PATPI Pusat, Prof. Dr. Ir. Rindit Pambayun, M.P., saat menjadi pembicara pada “Seminar Nasional Ketahanan Pangan: Membangun Ketahanan Pangan Pangan Melalui Pemberdayaan Komoditas Lokal” di Auditorium FTIP Unpad, Jatinangor, Rabu (30/11). (Foto oleh: Dadan T.)*

“Sebagai negara tropis, Indonesia lebih kaya sinar matahari sehingga membuat tanaman lebih aktif berfotosintesis. Kenapa kita harus sampai impor pangan dari negara yang jauh dari garis khatulistiwa?” ungkap Prof. Rindit saat menjadi pembicara “Seminar Nasional Ketahanan Pangan: Membangun Ketahanan Pangan Pangan Melalui Pemberdayaan Komoditas Lokal” di Auditorium Fakultas Teknologi Industri Pertanian Unpad, Rabu (30/11).

Seminar ini digelar FTIP Unpad bekerja sama dengan PATPI Cabang Kota Bandung. Selain Prof. Rindit, seminar ini juga menghadirkan pakar di bidang pangan. Seminar dibuka secara resmi oleh Dekan FTIP Unpad, Dr. Edy Suryadi, Ir., M.T.

Prof. Rindit berpendapat, upaya mewujudkan ketahanan pangan memerlukan kontribusi signifikan dari para ahli pangan. Ada tiga aspek yang harus dilakukan para ahli pangan, yaitu menghasilkan masyarakat terdidik di bidang pangan, menghasilkan inovasi teknologi sektor pangan, serta memfasilitasi berbagai aktivitas di bidang pangan.

Berbagai komoditas pangan lokal seharusnya bisa bersaing dengan produksi pangan impor. Guru Besar Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sriwijaya ini mencontohkan, produk olahan singkong khas Jawa Barat bernama comro, jika diberikan inovasi dan promosi bisnis yang baik akan mampu bersaing dengan produk hamburger dari luar negeri.

Mengglobalkan kembali berbagai pangan lokal ini menjadi tugas para ahli pangan. Prof. Rindit menyebut, ribuan inovasi pangan hasil pertanian harus bisa dilahirkan untuk meningkatkan nilai tambah menjadi suatu produk yang mampu bersaing. Arah inovasi ini menuju pada komersialisme. “Ini yang harus dilakukan oleh FTIP melalui kerja sama dengan sektor industri,” tambah Prof. Rindit.

Lebih lanjut Prof. Rindit menjelaskan, beberapa teknologi warisan nenek moyang dalam hal pengolahan pangan perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Ini menyangkut pada kualitas serta keamanan produk pangan. Menurutnya, kualitas produk pangan dewasa ini harus mempertimbangkan unsur aman, bergizi, estetik, menyehatkan, dan halal (ABEMH).

Melalui kajian intensif, ada kemungkinan beberapa teknologi nenek moyang dapat terus dikembangkan ataupun ditinggalkan. Untuk yang ditinggalkan, Prof. Rindit mengatakan, teknologi ini berarti belum dapat menghasilkan produk pangan yang terstandar ABEMH.

Seminar tersebut juga diisi dengan presentasi makalah oleh 70 pemakalah. Ketua pelaksana kegiatan, Yana Cahyana, S.TP., DEA., PhD, mengatakan, presentasi makalah terbagi atas beberapa sub tema, yaitu teknologi pasca panen, diversifikasi produk pangan, manajemen pangan fungsional, dan ketahanan pangan. Diharapkan menjadi sarana diseminasi hasil penelitian yang dapat berkontribusi bagi terwujudnya ketahanan pangan.

Pada kesempatan yang sama, Departemen Teknologi Industri Pangan FTIP Unpad juga menggelar Functional Fruit-vegetables Food (FFF) Festival. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Pengembangan Produk Baru. Kegiatan digelar di lapangan parkir kampus FTIP Unpad.

Pada tahun ini, tema festival mengangkat pengembangan produk pangan baru dari buah dan sayuran. Sebanyak 20 partispan mengikuti kegiatan ini. Setiap partisipan menghadirkan produk baru yang diolah dari bahan baku sayur dan buah-buahan.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

Share this: