Prof. Dr. Tualar Simarmata Terpilih Sebagai 10 Inovator Terbaik Indonesia

Prof. Dr. Tualar Simarmata, Ir., M.S. (Foto oleh: Purnomo Sidik)*

[Unpad.ac.id, 5/10/2016] Guru Besar Fakultas Pertanian yang juga Direktur Inovasi, Korporasi Akademik, dan Usaha Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Tualar Simarmata, Ir., M.S., terpilih sebagai salah satu dari 10 Inovator Terbaik Indonesia dalam Kompetisi Inovasi Nasional yang digelar Tangerang Selatan Global Innovation Forum (NIC-TGIF) 2016, September lalu.

Prof. Dr. Tualar Simarmata, Ir., M.S. (Foto oleh: Purnomo Sidik)*
Prof. Dr. Tualar Simarmata, Ir., M.S. (Foto oleh: Purnomo Sidik)*

Prof. Tualar bersama 9 inovator lainnya terpilih berdasarkan inovasi penelitian untuk mendukung implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia. Dalam kompetisi tersebut, Prof. Tualar meraih penghargaan atas usahanya dalam mengembangkan “Inovasi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik” (IPATBO).

“Ini adalah kompetisi yang terdiri dari beberapa kategori yang menunjang program keberlanjutan secara nasional,” ujar Prof. Tualar saat diwawancarai Humas Unpad, Rabu (5/10).

Teknologi IPATBO telah dikembangkan Prof. Tualar sejak 2006. Teknologi ini merupakan inovasi teknologi produksi padi terpadu melalui restorasi kesuburan lahan sawah. Proses tersebut menggunakan teknik tanam kembar (twin seedling). Teknik ini menurutnya akan menghemat bibit, menghemat penggunaan air, serta memanfaatkan pupuk berbasis organik dan hayati (biomelioran).

Berbasis organik, inovasi ini menggunakan kompos jerami sebagai sumber nutrisi mikroba tanah yang mampu meningkatkan kualitas lahan dalam waktu singkat. Kualitas ini tentu saja berbeda jika menggunakan pupuk anorganik. Meski mampu meningkatkan produktivitas padi, di sisi lain pupuk anorganik berdampak negatif terhadap tanah dan memicu percepatan degradasi tanah.

“Permasalahan Indonesia adalah bagaimana mewujudukan ketahanan pangan. Di sisi lain, tanah kita sudah semakin ‘capek’, produktivitas berkurang, air berkurang, maka kita rancang teknologi hemat air berbasis organik untuk meningkatkan produktivitas sekaligus memulihkan kesuburan lahan secara berkelanjutan,” papar Prof. Tualar yang juga pakar Bioteknologi Tanah.

Hasil dari teknologi IPATBO ialah mampu mengurangi penggunaan air hingga 35%, mengurangi pemakaian pupuk anorganik sebesar 25%, serta menghemat bibit hingga 50%. IPATBO juga mampu menaikkan produktivitas lahan sampai dua kali lipat.

10-inovatorLebih lanjut Prof. Tualar mengatakan, teknologi ini telah diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia. Pada aktivitas akademik, sampai saat ini penelitian terkait IPATBO ini telah menghasilkan 4 orang Doktor dan banyak menghasilkan lulusan Magister dan Sarjana.

Prof. Tualar sendiri telah banyak melakukan penelitian di bidang pertanian. Dari hasil penelitian tersebut, ia telah mendapatkan beragam hak paten untuk produk penelitiannya. Selain mendapatkan paten, produk tersebut telah diproduksi massal melalui kerja sama dengan industri.

Berbagai inovasi yang dihasilkan oleh para ilmuwan nasional setidaknya membuktikan Indonesia siap mendukung pelaksanaan SDGs. Hanya, Prof. Tualar mengatakan, kesiapan tersebut bergantung pada kemauan pemerintah dalam mendukung lebih lanjut terkait berbagai inovasi tersebut.

Lebih lanjut Prof. Tualar mengatakan, ada atau tidak ada SDGs, Indonesia sebenarnya harus siap menjalankan berbagai program yang saat ini menjadi tujuan utama SDGs. “Masalahnya adalah kita mau atau tidak. Kalau mau, artinya harus ditunjukkan dengan nyata,” pungkasnya.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

Share this: