Peringati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Magister Keperawatan Unpad Sosialisasikan Upaya Pemulihan Penderita Gangguan Jiwa

Ketua Program Studi Magister Keperawatan Unpad, Suryani, S.Kp., MHSc, PhD, dan mahasiswa prodi tersebut angkatan 2015 dan 2016 saat melakukan sosialisasi di lokasi car free day Buah Batu Bandung, Minggu (9/10). (Foto oleh: Dadan T.)*

[Unpad.ac.id, 9/10/2016] Stigma masyarakat penderita gangguan jiwa merupakan sesuatu yang menakutkan. Padahal, penderita gangguan jiwa merupakan individu yang membutuhkan dukungan, baik dari keluarga, komunitas, maupun masyarakat. Dukungan ini diupayakan agar penderita mampu bertahan dan menjalani hidup dengan segala keterbatasannya.

Ketua Program Studi Magister Keperawatan Unpad, Suryani, S.Kp., MHSc, PhD, dan mahasiswa prodi tersebut angkatan 2015 dan 2016 saat melakukan sosialisasi di lokasi car free day Buah Batu Bandung, Minggu (9/10). (Foto oleh: Dadan T.)*
Ketua Program Studi Magister Keperawatan Unpad, Suryani, S.Kp., MHSc, PhD, dan mahasiswa prodi tersebut angkatan 2015 dan 2016 saat melakukan sosialisasi di lokasi car free day Buah Batu Bandung, Minggu (9/10). (Foto oleh: Dadan T.)*

Dukungan lingkungan untuk proses recovery survivor gangguan jiwa belum banyak diketahui masyarakat. Hal ini mendorong peran akademisi di bidang keperawatan jiwa untuk menyosialisasikan berbagai informasi terkait proses recovery penderita gangguan jiwa. Upaya ini salah satunya telah dilakukan oleh mahasiswa dan dosen di Program Magister Keperawatan peminatan Keperawatan Jiwa Fakultas Keperawatan Unpad.

Mengambil lokasi di area Car Free Day (CFD) Buah Batu, Bandung, Minggu (9/10), sebanyak 20 orang mahasiswa angkatan 2015 dan 2016 beserta Ketua Program Studi Magister Keperawatan Unpad, Suryani, S.Kp., MHSc, PhD, melakukan sosialisasi upaya recovery pada survivor gangguan jiwa. Kegiatan ini juga digelar dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang jatuh setiap 10 Oktober. Dalam kesempatan tersebut, dibagikan brosur informasi kepada masyarakat di kawasan CFD.

Ketua pelaksana, Khrisna Wisnusakti, S.Kep., Ns., mengatakan, kegiatan ini digelar untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya peran keluarga, masyarakat, dan komunitas pada pasien gangguan jiwa. Selain memberikan sosialisasi, pihaknya juga membuka ruang konseling bagi masyarakat.

“Pasien gangguan itu butuh dukungan, karena percuma ketika sudah diobati di rumah sakit jiwa dan turun ke masyarakat tanpa ada dukungan,” ujar Khrisna saat diwawancarai usai kegiatan.

Khrisna memaparkan, banyak survivor yang merasa rendah diri tatkala kembali menjalani hidup di masyarakat pascaperawatan di rumah sakit jiwa. Ini disebabkan masih terbentuknya stigma negatif terkait penderita gangguan jiwa serta tidak adanya dukungan penuh dari pihak terkait. Sehingga, survivor rentan kembali terganggu dan menjalani perawatan di rumah sakit jiwa.

Proses recovery, lanjut Khrisna, bukanlah suatu pengobatan, tetapi lebih pada aspek pemulihan dan dukungan secara psikologis. Proses ini memerlukan keterlibatan aktif keluarga, kerabat, maupun masyarakat. “Recovery adalah sebuah journey dan way of life dimana survivor gangguan jiwa sehingga mereka dapat beradaptasi di masyarakat,” tambah Khrisna.

Melalui kegiatan ini, Khrisna berharap masyarakat dari berbagai lapisan dapat mengetahui lebih lanjut terkait proses recovery tersebut. Dengan melakukan sosialisasi secara langsung ke masyarakat, upaya ini akan jauh lebih efektif ketimbang menyosialisasikannya lewat media seminar.

“Dengan upaya ini diharapkan masyarakat sedikit demi sedikit membuka harapan bagi para survivor,” pungkasnya.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

Share this: