Kemristekdikti Dukung Profesor Tingkatkan Publikasi Ilmiah Internasional

Rektor Unpad, Prof. Tri Hanggono Achmad (kiri) dan Dirjen Sumber Daya, Iptek, dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti, Prof. Ali Ghufron Mukti, PhD, dalam Diskusi Publik Forum Asia Afrika “Profesor dan Publikasi Ilmiah” di Kantor HU Pikiran Rakyat, Bandung, Kamis (6/10). (Foto oleh: Dadan T.)*

[Unpad.ac.id, 6/10/2016] Pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi terus mendorong peningkatan publikasi ilmiah oleh profesor. Ini didasarkan masih rendahnya jumlah publikasi ilmiah profesor di tingkat internasional.

Rektor Unpad, Prof. Tri Hanggono Achmad (kiri) dan Dirjen Sumber Daya, Iptek, dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti, Prof. Ali Ghufron Mukti, PhD, dalam Diskusi Publik Forum Asia Afrika “Profesor dan Publikasi Ilmiah” di Kantor HU Pikiran Rakyat, Bandung, Kamis (6/10). (Foto oleh: Dadan T.)*
Rektor Unpad, Prof. Tri Hanggono Achmad (kiri) dan Dirjen Sumber Daya, Iptek, dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti, Prof. Ali Ghufron Mukti, PhD, dalam Diskusi Publik Forum Asia Afrika “Profesor dan Publikasi Ilmiah” di Kantor HU Pikiran Rakyat, Bandung, Kamis (6/10). (Foto oleh: Dadan T.)*

“Jumlah publikasi internasional Indonesia jauh lebih rendah dari jumlah publikasi negara Malaysia. Posisi profesor kita ada setidaknya 5.188 profesor,” ujar Dirjen Sumber Daya, Iptek, dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti, Prof. Ali Ghufron Mukti, PhD, dalam Diskusi Publik Forum Asia Afrika “Profesor dan Publikasi Ilmiah” di Kantor HU Pikiran Rakyat, Bandung, Kamis (6/10).

Diskusi publik tersebut digelar HU Pikiran Rakyat dengan peserta pimpinan, guru besar, dan dosen dari berbagai perguruan tinggi. Selain Prof. Ali, pembicara yang tampil dalam diskusi tersebut yaitu Rektor Unpad, Prof. Tri Hanggono Achmad, serta Rektor Universitas Islam Nusantara, Dr. Suhendra Yusuf, M.A., dengan moderator Dosen Fikom Unpad, Dr. Antar Venus, M.A.Comm.

Prof. Ali mengatakan, dengan perubahan birokrasi pengurusan jabatan guru besar, jumlah profesor di Indonesia meningkat drastis dari semula hanya 4.700 pada akhir 2015. Perubahan ini didasarkan karena anggapan sulitnya pengurusan profesor yang pada prosesnya mampu memakan waktu lama.

Kemudahan pengurusan jabatan profesor ini juga dibebankan dengan tanggung jawab untuk bisa mengembangkan keilmuan.“Kalau kita mau meningkatkan kualitas pendidikan tinggi kita, jumlah profesor itu harus banyak. Pengembangan program studi itu tidak bisa tanpa adanya profesor,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM tersebut.

humas-unpad-2016_10_06-profesor-dan-publikasi-ilmiah-1-dadanhumas-unpad-2016_10_06-profesor-dan-publikasi-ilmiah-3-dadanNamun, Prof. Ali menyebut, banyak dosen yang sudah menjadi profesor lantas menjadi tidak produktif. Untuk itu, Kemenristekdikti kembali mengingatkan profesor untuk meningkatkan produktivitas penelitiannya.

Sebagai pembanding, Malaysia telah mendorong produktivitas profesornya untuk menghasilkan minimal 2 publikasi internasional dalam setahun. Dorongan ini menjadikan Malaysia menjadi negara dengan jumlah publikasi ilmiah tertinggi di kawasan ASEAN. Indonesia, kata Prof. Ali, seharusnya mampu lebih banyak menghasilkan publikasi ilmiah.

“Kita mudahkan para dosen untuk menjadi profesor, setelah jadi tolong produktif,” imbuh Prof. Ali.

Sementara Rektor Unpad berpendapat, kekuatan seorang profesor sejatinya merupakan pemimpin aktivitas akademik. Hal ini yang dilakukan Unpad dengan mendorong para profesornya untuk membuka diri dan mau terjun mengembangkan keilmuan.

Terkait peningkatan publikasi ilmiah, Rektor Unpad mengatakan, aspek kerja sama antar disiplin ilmu menjadi kunci meningkatnya jumlah publikasi ilmiah. Menurut Rektor, tantangan pada pendidikan tinggi mustahil dihadapi tanpa adanya interaksi atau kerja sama transdisiplin ilmu.

“Transdisiplin juga merupakan fasilitas untuk riset. Betapa tidak mudah kalau kita melakukan riset atau publikasi, yang pendekatannya lebih pada diri kita sendiri. Kalau kita lihat dari berbagai publikasi pada media bereputasi, seluruhnya pasti menggunakan pendekatan multidisiplin,” kata Rektor.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

Share this: