Lises Unpad Lakukan Dokumentasi Budaya Ngertakeun Bumi Lamba

Upacara Adat Ngertakeun Bumi Lamba di Gunung Tangkuban Parahu Lembang, Minggu (28/06) lalu. (Dokumentasi Lises Unpad)*

[Unpad.ac.id, 30/06/2016] Lingkung Seni Sunda (Lises) Universitas Padjadjaran  kembali mengadakan kegiatan Dokumentasi Budaya dalam rangka penelitian dan pengembangan. Objek dokumentasi kali ini adalah Upacara Adat Ngertakeun Bumi Lamba di Gunung Tangkuban Parahu Lembang, pada Minggu (28/06) lalu.

Upacara Adat Ngertakeun Bumi Lamba di Gunung Tangkuban Parahu Lembang, Minggu (28/06) lalu. (Dokumentasi Lises Unpad)*
Upacara Adat Ngertakeun Bumi Lamba di Gunung Tangkuban Parahu Lembang, Minggu (28/06) lalu. (Dokumentasi Lises Unpad)*

Ngertakeun Bumi Lamba merupakan salah satu tradisi yang dianut oleh kepercayaan Sunda Wiwitan. Ngertakeun Bumi Lamba ini merupakan sebuah ritual upacara adat yang ditujukan untuk menyucikan gunung. Selain itu, upacara adat ini juga dilakukan sebagai wujud terima kasih dan cinta dari manusia untuk alam, dimana kita harus menyejahterakan alam dan diri kita sendiri karena kita akan berpulang dan tinggal di bumi ageung (alam semesta) dan bumi alit (diri sendiri).

Adapun untuk peserta upacaranya sendiri tidak hanya berasal dari masyarakat tatar Sunda, tetapi diikuti pula masyarakat dari berbagai suku, dari Sabang sampai Merauke, yang memiliki kepercayaan yang sama atas Gunung Tangkuban Parahu sebagai Gunung Agung dan Purba yang wajib untuk disucikan.

Pada zaman leluhur, Gunung Tangkuban parahu dipercayai sebagai gunung terbesar di jagad raya ini sehingga Gunung Tangkuban Parahu diagungkan oleh penganutnya. Dengan pernah meletusnya gunung agung ini, menambah kepercayaan masyarakat Sunda Wiwitan untuk semakin menjaganya karena mereka menganggap alam telah murka. Untuk menjaga kestabilan alam para penganut Sunda Wiwitan, maka ritual Upacara Ngertakeun Bumi Lamba dilaksanakan di Tangkuban Perahu. Upacara ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya, dimana penanggalannya sendiri ditentukan berdasarkan perhitungan bulan.

IMG_7706-2IMG_7750Upacara kali ini berbeda dengan upacara tahun lalu. Kali ini ada pergantian pemimpin adat, yaitu Jaro Wastu yang telah menjabat sebagai pemimpin adat selama 8 tahun, digantikan oleh Jaro Manik yang harus memimpin selama 8 tahun atau satu windu berikutnya.

Upacara Ngertakeun Bumi Lamba ini terdiri dari beberapa rangkaian, dimulai dari pengambilan air dari seluruh sumber mata air yang dianggap suci atau keramat dari Sabang sampai Merauke. Setelah air-air tersebut terkumpul, kemudian dilakukan ritual Mipit Amit yang dilaksanakan di Babakan Siliwangi. Ritual Mipit Amit ini sebagai bentuk permohonan izin kepada leluhur (sasadu) untuk melaksanakan Upacara Ngertakeun Bumi Lamba. Isi ritual Mipit Amit adalah memberikan doa dan menyatukan atau mempersekutukan air dari berbagai sumber mata air di berbagai daerah untuk dijadikan air suci yang akan digunakan pada saat acara puncak Upacara Ngertakeun Bumi Lamba di gunung Tangkuban Parahu tersebut.*

Rilis oleh: Lises Unpad / art

Share this: