Meski Jumlahnya Hanya 2%, Peternak Besar Tentukan Harga Sapi Potong di Indonesia

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian RI, Ir. Ali Rachman, saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan ke-7 di Bale Sawala Unpad Jatinangor, Rabu (11/11). (Foto oleh: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 11/11/2015] Sebanyak 16 juta peternak di Indonesia merupakan peternak kelompok kecil. Atas dasar tersebut, pemerintah berupaya untuk meningkatkan perkembangan peternakan di Indonesia melalui peningkatan produktivitas dan kesejahteraan peternak.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian RI, Ir. Ali Rachman, saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan ke-7 di Bale Sawala Unpad Jatinangor, Rabu (11/11). (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian RI, Ir. Ali Rachman, saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan ke-7 di Bale Sawala Unpad Jatinangor, Rabu (11/11). (Foto oleh: Tedi Yusup)*

“Upaya pengembangan ini merupakan upaya integrasi terpadu yang berkonsentrasi dari hulu, on farm, dan hilir,” ungkap Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian RI, Ir. Ali Rachman saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan ke-7 di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad Kampus Jatinangor, Rabu (11/11).

Seminar yang digelar oleh Fakultas Peternakan tersebut kali ini mengangkat tema “Pengembangan Sumber Daya Lokal dalam Agribisnis Peternakan”. Selain Ali, bertindak sebagai pembicara Prof. (APU) Dr. Ir. I Wayan Mathius, M.Sc dari Balai Penelitian Ternak, Dr. Ir. Rochadi Tawaf, M.S., dosen Fapet Unpad, serta Ir. M. Nasrum, pengurus KPBS Pangalengan.

Ali menuturkan, upaya pemerintah meningkatkan peternakan lokal di tingkat hulu meliputi peningkatan kualitas dan kuantitas bibit ternak. Pada tingkat on farm upaya yang dilakukan meliputi peningkatan produksi ternak dan pemberdayaan pendayagunaan sumber daya lokal. Sementara pada tahap hilirnya ialah menjamin produksi ternak yang mampu berdaya saing.

“Kita (Pemerintah) juga tetap melakukan pengendalian untuk kontrol penyakit hewan,” kata Ali.

Permasalahan yang saat ini muncul ialah peternak kecil masih belum mampu menentukan harga. Pada kasus peternakan sapi potong, Dr. Rochadi menyebutkan, sekitar 98% peternak sapi potong di Indonesia merupakan peternak kecil. Sebanyak 2% sisanya merupakan peternak perusahaan. Namun, peternak perusahaan tersebut lebih bisa menentukan harga.

Kondisi peternakan sapi potong di Indonesia juga dijelaskan oleh Prof. I Wayan. Menurutnya, tingkat produktivitas dan reproduktivitas ternak sapi potong rendah. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya perkembangan produksi populasi ternak potong dari kurun 2008 – 2014.

Lebih lanjut ia menjelaskan, budidaya ternak sapi rakyat masih bersifat tradisional. Ada beberapa aspek yang belum mendapat perhatian, seperti seleksi perkawinan, pakan yang diberikan seadanya, hingga sanitasi dan pencegahan penyakit kurang mendapat perhatian.

Untuk itu, Dr. Rochadi menyarankan adanya kemitraan antara peternak rakyat dengan perusahaan. Pola kemitraan tersebut meliputi custom feeding, sistem bagi hasil, bulid operate transfer (BOT), hingga kontrak harga. Hal ini diharapkan dapat menguatkan sistem agribisnis peternakan.

“Pola lain yang harus dilakukan Pemerintah ialah restrukturisasi sistem agribisnis dan rancang bangun pengembangan kluster peternakan,” kata Dr. Rochadi.

Seminar nasional yang digelar hingga Kamis (12/11) besok ini dibuka secara resmi oleh Rektor Unpad, Prof. Dr. med. Tri Hanggono Achmad, dr. Ketua pelaksana kegiatan, Nurcholidah Solihati, S.Pt., M.S., mengatakan, seminar ini diikuti oleh 170 peserta yang terdiri dari 148 pemakalah dari beberapa Perguruan Tinggi Negeri dan lembaga penelitian peternakan se-Indonesia. Hasil makalah yang dipresentasikan dalam seminar tersebut diharapkan dapat berkontirbusi dalma meningkatkan peternakan lokal di Indonesia.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

 

Share this: