Pemerintah Mandatkan Unpad Masuk WCU dalam 5 Tahun Ke Depan

Kiri ke kanan: Prof. Dr. Ir. Tumiran, M.Eng., Prof. Ir. Hermawan Kresno Dipojono, M.SEE., PhD.,dan Prof. Dr. Anas Miftah Fauzi dari TIm Persiapan World Clas University Dikti saat memberikan pemaparan mengenai Peningkatan Reputasi Perguruan Tinggi Indonesia Menuju WCU, Senin (12/10) di Ruang Serba Guna Unpad Bandung, Senin (12/10). (Foto oleh: Arief Maulana)

[Unpad.ac.id, 13/10/2015] Pemerintah menargetkan 11 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk bisa masuk ke dalam kelompok World Class University (WCU) dalam 5 tahun ke depan . Mandat tersebut diberikan guna meningkatkan ranking reputasi Perguruan Tinggi Indonesia pada sistem pemeringkatan universitas tingkat dunia. Unpad menjadi salah satu dari 11 PTN yang diberi mandat tersebut.

Kiri ke kanan: Prof. Dr. Ir. Tumiran, M.Eng., Prof. Ir. Hermawan Kresno Dipojono, M.SEE., PhD.,dan Prof. Dr. Anas Miftah Fauzi dari TIm Persiapan World Clas University Dikti saat memberikan pemaparan mengenai Peningkatan Reputasi Perguruan Tinggi Indonesia Menuju WCU, Senin (12/10) di Ruang Serba Guna Unpad Bandung, Senin (12/10). (Foto oleh: Arief Maulana)
Kiri ke kanan: Prof. Dr. Ir. Tumiran, M.Eng., Prof. Ir. Hermawan Kresno Dipojono, M.SEE., PhD.,dan Prof. Dr. Anas Miftah Fauzi dari TIm Persiapan World Clas University Dikti saat memberikan pemaparan mengenai Peningkatan Reputasi Perguruan Tinggi Indonesia Menuju WCU, Senin (12/10) di Ruang Serba Guna Unpad Bandung, Senin (12/10). (Foto oleh: Arief Maulana)

“Universitas di luar negeri sudah dengan bangga dengan rangkingnya. Ini yang menunjukkan seberapa penting ukuran ranking tersebut,” ungkap Direktur Direktorat Pembinaan Kelembagaan Perguruan Tinggi Dikti Kemenristek Dikti RI, Prof. Ir. Hermawan Kresno Dipojono, M.SEE., PhD., saat memberikan arahan dalam Diskusi Peningkatan Reputasi Perguruan Tinggi Indonesia Menuju WCU, Senin (12/10) di Ruang Serba Guna Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung.

Dalam diskusi tersebut hadir Rektor Unpad, Prof. Tri Hanggono Achmad, pimpinan universitas, Dekan dan Wakil Dekan, serta koordinator Program Studi di lingkungan Unpad. Selain Prof. Hermawan, hadir pula Prof. Dr. Anas Miftah Fauzi dan Prof. Dr. Ir. Tumiran, M.Eng., yang tergabung dalam Tim persiapan WCU.

Lebih lanjut Prof. Tumiran mengatakan, latar belakang pemberian mandat tersebut ialah untuk menetapkan dimana posisi Perguruan Tinggi Indonesia pada tatanan iptek dan pendidikan di dunia. Untuk itu harus ada instrumen pengujian yang dipakai agar WCU dengan berbagai indikatornya dapat menaikkan posisi Perguruan Tinggi di Indonesia.

“Mau tidak mau, kalau kita mau dilirik posisi kita, kita harus masuk dalam area WCU ini,” kata Prof. Tumiran.

Prof. Tumiran mencontohkan beberapa negara di kawasan Asia, seperti Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang sudah selangkah lebih maju dalam mengejar WCU. Ia menilai reputasi Perguruan Tinggi untuk menjadi WCU di negara tersebut tidak lepas dari kontribusinya terhadap pembangunan bangsa. Berbagai hasil penelitian universitas dimanfaatkan untuk kepentingan bangsanya.

“Dari peningkatan reputasi tersebut, ada perubahan orientasi.  Kita (masyarakat Indonesia) jadi banyak yang studi di Jepang dan negara Asia lainnya, padahal dulu kita lebih sering studi di Eropa,” kata Prof. Tumiran.

Selain Unpad, sepuluh PTN lainnya yang diberikan mandat ialah UI, ITB, UGM, Unair, IPB, Undip, UNS, ITS, UB, dan Unhas. Sebelas PTN ini menurut Prof. Tumiran telah memiliki ranking baik pada sistem pemeringkatan dunia. Dengan mandat ini, diharapkan PTN tersebut dapat menyempurnakannya.

Dari sistem pemeringkatan universitas di dunia, Dikti fokus pada peningkatan rangking di QS World University Rangkings serta QS Asian University Rangkings. Sistem ini, kata Prof. Anas, menjadi acuan untuk mengukur seberapa mampu 11 PTN dalam meningkatkan kualitas kelembagaan untuk bisa masuk dalam WCU.

Dalam sistem QS World, prinsipnya ada 4 kategori besar penilaian, yaitu: kualitas riset, kualitas pembelajaran, daya saing lulusan, dan aspek internasionalisasi. Secara spesifik, QS World menetapkan 50% penilaian dilakukan melalui survei kepada 40% akademisi dan 10% pebisnis, sisanya 50% diambil dari data. Sementara QS Asian menetapkan 40% survei dan 60% data.

Menurut Prof. Anas, keberadaan PTN Indonesia yang saat ini masih diwakili oleh Universitas Indonesia, secara signifikan mengalami penurunan di rangking QS World maupun QS Asian. Pada QS World terjadi penurunan rangking dari 250 hingga 350 selama 2012 – 2015. Sementara pada QS Asian, penurunan terjadi di angka 60 hingga 80 selama 2013 – 2015.

Berdasarkan peringkat QS World saat ini, agregat Unpad masih berada pada rangking 701+ dan menjadi PTN peringkat ke-6 dari 11 PTN yang dimandatkan. Sementara pada peringkat QS Asian tahun 2015, Unpad berada pada rangking 161-170 dan menjadi PTN peringkat ke-5 dari 11 PTN tersebut.

Berkaca pada perkembangan negara lain, alokasi anggaran menjadi salah satu penentu peningkatan mutu universitas menjadi WCU. Untuk itu, Dikti berupaya meningkatkan anggaran pengelolaan 11 PTN tersebut yang diorientasikan khusus untuk peningkatan WCU.

Prof. Anas juga mendorong 11 PTN untuk aktif menyediakan data terkait kinerja universitas. “Kalau data ini tidak bisa diakses, maka kita dianggap tidak memiliki prestasi,” kata Prof. Anas.

Solusi lainnya ialah peningkatan kualitas produk riset, termasuk diantaranya peningkatan paper dan sitasi dosen. Riset ini diharapkan mendorong peningkatan kualitas mahasiswa pascasarjana yang menjadi salah satu indikator penting ketercapaian WCU.

Rektor sendiri berkomentar, mandat Unpad menjadi WCU diharapkan dapat meningkatkan kinerja Unpad menjadi lebih baik. Ia menekankan, WCU bukan sebatas menjadi gol utama.

“Ini bukan gol, ini menjadi suatu indikator kinerja. Kalau dalam impelementasi pengelolaan PT memang kita wujudkan dampak yang lebih kuat pada masyarakat, khususnya dalam pembangunan. Optimis, indikator yang ditargetkan akan tercapai. Jadi, jangan dibalik,” pungkas Rektor.*

Lampiran:
Peningkatan Reputasi Perguruan Tinggi Indonesia Menuju World Class University (File Power Point)

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

Share this: