Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad yang juga Ketua PPNI Provinsi Jabar, Mamat Lukman, S.Kp.,S.KM., M.Si.,saat memberikan keynote speech dalam Simposium Nasional Keperawatan Kritis 2015 di Auditorium Rumah Sakit pendidikan Unpad, Bandung, Rabu (14/10). (Foto: Arief Maulana) *

[Unpad.ac.id, 14/10/2015] Program Spesialis Keperawatan Kritis hingga saat ini belum tersedia di Indonesia. Padahal, tenaga perawat kritis saat ini sangat dibutuhkan dalam peningkatan pelayanan keperawatan di Indonesia.

Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad yang juga Ketua PPNI Provinsi Jabar, Mamat Lukman, S.Kp.,S.KM., M.Si.,saat memberikan keynote speech dalam Simposium Nasional Keperawatan Kritis 2015 di Auditorium Rumah Sakit pendidikan Unpad, Bandung, Rabu (14/10). (Foto: Arief Maulana) *
Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad yang juga Ketua PPNI Provinsi Jabar, Mamat Lukman, S.Kp.,S.KM., M.Si.,saat memberikan keynote speech dalam Simposium Nasional Keperawatan Kritis 2015 di Auditorium Rumah Sakit pendidikan Unpad, Bandung, Rabu (14/10). (Foto: Arief Maulana) *

“Kita tidak bisa terlepas dari tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang baik. Buruk baiknya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebenarnya ditentukan oleh perawat,” kata Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan yang juga Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Provinsi Jawa Barat, H. Mamat Lukman, S.KM., S.KP., M.Si., saat memberikan keynote speech dalam Simposium Nasional Keperawatan Kritis 2015 di Auditorium Rumah Sakit Pendidikan Unpad, Bandung, ,Rabu (14/10).

Peningkatan kualitas rumah sakit, menurut Mamat, bukan hanya terfokus pada pengembangan dokter saja. Tenaga perawat terampil pun dibutuhkan guna menunjang pelayanan kesehatan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.

Di dalam menangani pasien kritis perlu ada tindakan yang cepat. Tindakan ini membutuhkan penanganan oleh perawat yang memiliki keterampilan tinggi.

“Kalau perawatnya tidak paham cara menanganinya, penanganan tersebut akan tertunda, dan pasien terancam tidak dapat tertolong,” kata Mamat.

Ia pun menganalogikan bagaimana penanganan intensif oleh perawat pasca operasi yang dilakukan tim medis. Jika perawat tidak melakukan tindakan pasca operasi dengan baik akan menyebabkan pasien tidak tertangani secara intensif.

Untuk itu, tenaga perawat kritis membutuhkan kompetensi yang baik. Ia menegaskan, dengan logika sederhana tersebut, tidak ada alasan untuk tidak mengembangkan kompetensi tenaga perawat melalui pendidikan yang setara dengan program Spesialis.

Inisiasi pembukaan program Spesialis Keperawatan Kritis ini juga akan didukung penuh oleh PPNI. Saat ini pihaknya tengah menyiapkan regulasi berkenaan pembukaan program tersebut. Regulasi ini akan memungkinkan perguruan tinggi untuk membuka program tersebut yang acuan regulasinya tetap pada UU Keperawatan dan berbagai peraturan terkait.

“Secara jelas tenaga perawat kritis di kita yang belum melewati pendidikan formal sudah terampil sebetulnya. Pendidikan inilah yang akan melegalisir tenaga perawat tersebut untuk menjadi ahli. Itu akan dihimpun dalam kolegium,” jelas Mamat.

Harapannya, Unpad dapat menjadi perguruan tinggi pertama yang membuka program Spesialis Keperawatan Kritis. Berkenaan dengan status Unpad sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum, pihaknya optimis program Spesialis ini dapat terealisasi.

Simposium nasional ini digelar oleh Departemen Keperawatan Kritis Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad berkenaan Dies Natalis ke-21 FIK Unpad. Ketua pelaksana kegiatan, Annastasia Anna, S.KP., M.Kes., mengatakan, simposium ini sebagai media pelatihan keperawatan kritis, dimana di dalamnya digelar workshop dan plenary session serta diseminasi hasil penelitian terkait keperawatan kritis.

Simposium ini diikuti oleh tenaga perawat dari seluruh wilayah di Indonesia dan digelar hingga Kamis (15/10) besok.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

Share this: