Tiga Hasil Penelitian Dosen Unpad Masuk Buku “Indonesia 106 Innovations 2014”

Tampilan isi buku “Indonesia 106 Innovations 2014” yang memuat 3 hasil penelitian dosen Unpad (Foto oleh: Dadan T.)*

[Unpad.ac.id, 5/12/2014] Tiga hasil penelitian Unpad terpilih masuk dalam buku “Indonesia 106 Innovations 2014”. Buku yang diterbitkan Business Innovation Center ini memuat 106 karya inovasi prospektif hasil seleksi karya inovasi yang dilakukan di tahun 2014.

Tampilan isi buku “Indonesia 106 Innovations 2014” yang memuat 3 hasil penelitian dosen Unpad (Foto oleh: Dadan T.)*
Tampilan isi buku “Indonesia 106 Innovations 2014” yang memuat 3 hasil penelitian dosen Unpad (Foto oleh: Dadan T.)*

“Kami merasa bergembira tentunya. Bangga bahwa tiga peneliti itu masuk dalam 106 inovasi itu. Walaupun sebenarnya kita sudah memiliki banyak tapi mungkin belum ada kesempatan. Tapi tahun depan kita akan push supaya lebih banyak lagi,” tutur Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unpad, Prof. Dr. Wawan Hermawan, MS saat ditemui di Gedung Rektorat Unpad kampus Jatinangor, Jumat (5/12).

Berbagai inovasi yang dimuat dalam buku tersebut merupakan hasil seleksi berlapis yang dilakukan oleh tim juri dari tokoh-tokoh bisnis dan kewirausahaan Indonesia. Penilaian yang dilakukan berdasarkan delapan kriteria, yaitu keaslian ide, kesulitan ditiru, penerimaan oleh konsumen, nilai tambah bagi pemakai, potensi pengembangan, scalability, risiko investasi, serta risiko bisnis.

Inovasi Unpad yang terpilih berjudul “Makhluk Halus untuk Kesehatan Tanah” karya Prof. Dr. Tualar Simarmata, Dr. Betty N Fitriatin, Prof. Dr. Hersanty, dan Dr. Tien Turmuktini dari Fakultas Pertanian (Faperta) Unpad. Dalam penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa peningkatan pemakaian pupuk bio dan kompos jerami beragen hayati dapat memulihkan kesehatan lahan serta meningkatkan produktivitas padi.

Produk tersebut telah memiliki paten, yakni Konsorsium Dekomposer Jerami Padi (ID POO32396) dan Konsorsium Inokulan Pupuk Bio Ekosistem Sawah (ID P0032489). Dalam buku tersebut disebutkan bahwa produk ini memiliki nilai tambah bagi pengguna berupa aplikasi praktis, merestorasi kesehatan tanah, dan meningkatkan produktivitas padi sekitar 25% dan mensubtitusi pupuk anorgani 25-50%.

Inovasi selanjutnya yang berhasil dimuat dalam buku tersebut merupakan karya dari Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unpad, dengan inovator Cukup Mulyana, Adithio Agustyan, M. Sidieqi Arraniry, dan Faris Abdurrahman. Karya yang dihasilkan berjudul “Mesin Tahu Terintegrasi Peningkat Produksi”.

Mesin tahu terintegrasi adalah mesin yang menggabungkan proses penggilingan, penyaringan, pemanasan, dan pembibitan tahu dalam satu urutan proses. Mesin ini diyakini dapat menghemat biaya produksi dengan menekan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, serta hanya memerlukan lahan produksi lebih kecil, berkisar 70% dari kebutuhan lahan pada sistem produksi manual. Mesin ini dapat meningkatkan kualitas produk tahu, meningkatkan produktivitas produsen tahu, menjamin tingkat kebersihan produk, serta menghemat energi.

Kemudian dari Fakultas Kedokteran Unpad, Prof. Dr. dr. M. Nurhalim Shahib memiliki inovasi “Mengganti Teknologi Radioaktif dengan Asam Bongkrek”. Metode yang ia temukan merupakan cara yang lebih aman, mudah, dan murah untuk mendiagnosa serta mendeteksi perjalanan penyakit. Lebih mudah karena tidak memerlukan laboratorium yang canggih, serta lebih aman dan murah karena tidak menggunakan bahan radioaktif. Inovasi karya Prof. Halim tersebut telah memiliki paten.

Prof. Wawan menargetkan, tahun depan setidaknya akan ada sepuluh karya Unpad yang akan terpilih. Ia berharap ada hilirisasi penelitian yang dilakukan oleh civitas akademika Unpad. “Oleh karena itu LPPM sekarang akan bekerja keras melalui skema Top Down Strategy. Itu pasti kehilir,” ujarnya.

Hingga saat ini civitas akademika Unpad sudah menghasilkan banyak karya penelitian. Hasil penelitian diharapkan dapat berdaya guna tinggi dan memiliki efek sosial yang besar. “Tahun depan harus lebih baik lagi,” harap Prof. Wawan.*

Laporan oleh: Artanti Hendriyana / eh

Share this: