Investasi Langsung dan Bonus Demografi Jadi Tantangan Besar Indonesia di Tahun 2015

Logo Unpad *

[Unpad.ac.id, 18/12/2014] Jelang tahun 2015, Indonesia menghadapi tantangan perubahan ekonomi global yang signifikan. Hal ini harus diantisipasi dengan baik oleh pemerintahan baru Indonesia. Lalu seberapa siap pemerintah mengelola tantangan yang tidak mudah ini?

Logo Unpad *
Logo Unpad *

Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas RI Periode 2009-2014, Prof. Dr. Armida Alisjahbana, S.E., M.A., di masa kepemimpinan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, pemerintah telah memproyeksikan perubahan ekonomi dunia ke dalam lingkungan strategis di Rancangan Teknokratik RPJMN 2015 – 2019 Bappenas.

Dalam draf tersebut, Prof. Armida menyoroti beberapa tantangan yang harus dihadapi Indonesia menyongsong perubahan iklim ekonomi dunia. Dua tantangan besar yang disorot adalah arah investasi langsung dunia dan tantangan bonus demografi.

“Investasi langsung dunia diperkirakan akan meningkat ke negara berkembang,” ujar Prof. Armida saat menyampaikan keynote speech dalam acara Seminar Ekonomi: Proyeksi Kinerja Ekonomi dan Risiko Bisnis dan Keuangan Tahun 2015 di Bale Rumawat Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Kamis (18/12).

Guru besar FEB Unpad ini menjelaskan, saat ini mesin pertumbuhan ekonomi dunia telah bergeser ke kawasan Asia Pasifik, Asia Selatan, hingga merambah benua Afrika. Di sisi lain, Indonesia tetap konsisten menjadi negara tujuan investasi dunia.

“Indonesia selalu menduduki peringkat 1, 2, dan 3 sebagai negara tujuan investasi dunia meskipun dengan segala permasalahan di birokrasi dan perizinannya,” beber Prof. Armida.

Konsistensi ini diprediksi tidak akan mengalami perubahan. Namun, Prof. Armida menekankan bahwa Indonesia harus tetap memperkuat daya saingnya. Hal ini juga bertujuan untuk menyongsong ASEAN Economic Community yang secara de jure akan berjalan pada 2015 mendatang.

Sementara pada tantangan bonus demografi, saat ini Indonesia memasuki kondisi meningkatnya jumlah usia produktif. Menurunnya angka usia ketergantungan (depedency ratio) akan berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi.

Prof. Armida mengambil contoh negara Thailand dengan jumlah usia produktifnya yang cukup besar. Menurutnya, negara tersebut telah mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 9 – 15%. Jumlah tersebut diantaranya merupakan kontribusi dari usia produktif.

“Kalau bonus demografi ini disiapkan dengan baik, perekonomian Indonesia juga akan mendapat ‘bonus’,” kata Prof. Armida.

Di akhir paparannya, tantangan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 mesti dimanajeri dengan baik. Berbagai bentuk kerjasama global terus ditingkatkan sehingga peran Indonesia dalam forum ekonomi internasional maupun regional akan sangat signifikan.

Seminar yang digelar oleh prodi Magister Ilmu Ekonomi FEB Unpad ini menghadirkan beberapa pembicara yang merupakan akademisi dan pengamat ekonomi. Acara dibuka secara langsung oleh Wakil Dekan I FEB Unpad, Dr. Harry Suharman, S.E., M.A., Ak.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh *

Share this: