Lises Unpad Persembahkan Drama Tari “Geusan-Ulun Harisbaya”

Salah satu adegan dalam Drama Tari “Geusan-Ulun Harisbaya” yang diselenggarakan Lises Unpad di Teater Tertutup Taman Budaya Dago Tea House, Bandung, Sabtu (15/11). *

[Unpad.ac.id, 18/11/2014] Lingkung Seni Sunda (Lises) Unpad mempersembahkan Drama Tari “Geusan-Ulun Harisbaya” pada Sabtu (15/11) lalu di Teater Tertutup Taman Budaya Dago Tea House, Bandung. Pagelaran ini merupakan acara penutup dari rangkaian Kandaga Lises Unpad.

Salah satu adegan dalam Drama Tari “Geusan-Ulun Harisbaya” yang diselenggarakan Lises Unpad di Teater Tertutup Taman Budaya Dago Tea House, Bandung, Sabtu (15/11). *
Salah satu adegan dalam Drama Tari “Geusan-Ulun Harisbaya” yang diselenggarakan Lises Unpad di Teater Tertutup Taman Budaya Dago Tea House, Bandung, Sabtu (15/11). *

Mahakarya dari Tanah Sumedang Larang ini merupakan sebuah drama tari yang mengangkat konflik percintaan segitiga antara Prabu Geusan Ulun dari Kerajaan Sumedang Larang, Harisbaya dan Prabu Girilaya dari Kerajaan Cirebon. Cerita ini dibuat berdasarkan naskah babad Sumedang karya R.A.A Martanagara yang disutradarai oleh Agus Kandiawan, serta Asep Sumarna dan Taufik Nurdin sebagai penata musik.

Acara dimulai oleh berbagai tampilan kesenian dari para pelajar sekolah dasar binaan alumni Lises. Diantaranya ialah rampak kendang dari SD Santo Yusup, kemudian penampilan angklung arumba dari SD Agustinus, dilanjutkan dengan penampilan Rampak Sekar atau Vocal Group dari SD Mutiara Bunda, serta penampilan pencak silat oleh pelajar SD Sekeloa dan SD Leuwi Anyar.

IMG_0439IMG_0495Tari Mustika kemudian dibawakan sebagai pembuka acara. Dilanjutkan dengan Tari Topeng Sumedang Tarung yang merupakan hasil Penelitian dan Pengembangan Lises Unpad dari “Ekspedisi Topeng” yang dilakukan Lises pada 2013 lalu. Acara kemudian dilanjut dengan Tari Gawil yang merupakan tari keurseus dengan karakter gagah dan wibawa. Pamungkas dari pagelaran ini adalah Drama Tari Geusan Ulun – Harisbaya dengan iringan musik gamelan secara live.

“Drama tariannya sungguh atraktif, penuh dengan mimik muka yang menarik, dan juga tariannya emang bagus juga sih asli gitu dari budaya sundanya. Mudah-mudahan kita semua sebagai penonton bisa melestarikan budaya Sunda dan juga mengerti seperti apa budaya Sunda itu,” ucap salah satu penonton, Agung.

“Keren banget acaranya, enggak bohong. Walaupun saya tidak mengerti bahasa Sunda tapi dengan melihat tariannya tersebut kami sebagai penonton mengerti. Pesan saya, kalo kita enggak suka sama budaya kita sendiri mau siapa lagi?” ujar Iqbal.

Sementara itu, Agus Kandiawan selaku pelatih koreografi sekaligus sutradara drama tari ini mengatakan bahwa ia merasa bangga, karena para penampil sudah melakukan yang terbaik. Kesalahan dan kekurangan itu adalah panggung karya seni dan karya seni tidak akan sempurna.

“Jangan berpuas diri dan terus berlatih, berlatih, dan berlatih supaya apa yang diharapkan jadi kenyataan,” ucap Agus.*

 

Rilis oleh: Lises Unpad /art

Share this: