Apakah Praktisi Protokol Masih Dibutuhkan di Era Blusukan?

Suasana Seminar Eksposisi Profesi Keprotokolan Protocol Fair 2014, Kamis (13/11) di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor (Foto oleh: Raihan Syakira)

[Unpad.ac.id, 13/11/2014] Siapa yang tidak tahu blusukan ala Jokowi. Saat ini blusukan menjadi tren tersendiri dalam gaya pemerintahan di Indonesia. Hal ini bisa dilhat dari para menteri Kabinet Kerja yang juga ikut blusukan dalam menjalani program kerjanya. Imbas dari gaya kepemimpinan Jokowi ini menimbulkan sebuah pertanyaan, apakah seorang praktisi protokol masih dibutuhkan?

Suasana Seminar Eksposisi Profesi Keprotokolan Protocol Fair 2014, Kamis (13/11) di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor (Foto oleh: Raihan Syakira)
Suasana Seminar Eksposisi Profesi Keprotokolan Protocol Fair 2014, Kamis (13/11) di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor (Foto oleh: Raihan Syakira)

Menurut Kepala Subbagian Acara Kementerian Dalam Negeri RI Beny Cahyadie, SSTP., M.Si, sampai saat ini seorang praktisi protokol masih sangat dibutuhkan. Saat ini profesi protokol juga tetap eksis di TNI/POLRI, perusahaan swasta, dan pemerintahan.

“Gaya kepemimpinan itu hanya bertahan sementara. Belum tentu pada masa kepemimpinan selanjutnya gayanya masih sama, bisa jadi berubah lagi. Makanya protokol itu masih diperlukan, “ ujar Beny dalam acara Seminar Eksposisi Profesi Keprotokolan Protocol Fair 2014, Kamis (13/11) di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor.

Masih menurut Beny, ada dua kemampuan yang sangat dibutuhkan untuk menjadi seorang praktisi protokol yang handal. Pertama adalah kemampuan beragumentasi dan yang kedua adalah kemampuan untuk memahami regulasi.

“Seorang praktisi protokol harus memiliki kemampuan beragumentasi. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak hal yang tidak dapat diakomodir oleh Undang-Undang. Jadi kemampuan ini dibutuhkan untuk membantu agar seorang protokol tetap dapat didengar,” tuturnya.

Pekerjaan yang tidak mengenal waktu, sering membuat seorang praktisi protokol kelelahan. Tapi, profesi ini juga menjanjikan jenjang karir yang bagus, apalagi jika kinerja yang ditampilkan dinilai memuaskan. Menurut Beny, menjadi seorang praktisi protokol susah-susah gampang. Kadang, seorang parktisi protokol jarang bertahan dalam posisi sama dalam jangka waktu yang lama karena dipromosikan ke jabatan lebih tinggi. “Tetapi, jika kinerja yang kita tampilkan buruk, ini juga berimbas dalam jenjang karir,” lanjutnya.

Seminar yang diselenggarakan oleh Korps Protokoler Mahasiswa (KPM) Unpad ini mengangkat tema “Bulid a Brighter Future as Protocol Officer” dan menjadi acara pembuka dalam rangkaian acara Protocol Fair 2014. Seminar ini juga menghadirkan General Government and Public Relations Officer PT. Chevron Oil Product Indonesia Edwin Abdul Muthalib dan perwakilan Kementerian Luar Negeri RI A. Billy Frederick sebagai pembicara.

Laporan oleh: Raihan Alvanny Syakira/mar

Share this: