Sikap Individualistik Tidak Sejalan dengan Nilai Islam

Prof. Dr. Anas Subarnas, M.Sc., guru besar Fakultas Farmasi Unpad, saat menjadi khatib Idul Adha di Lapangan Parkir Utara Unpad Jln. Dipati Ukur Bandung, Minggu (5/10). (Foto oleh: Tedi Yusup)

[Unpad.ac.id, 5/10/2014] Lapangan parkir utara Kampus Iwa Koeseomasoemantri Bandung menjadi tempat berlangsungnya Shalat Idul Adha 1435 H di Unpad, Minggu (5/10). Sejak pukul 6.00 WIB, para jemaah telah berdatangan, termasuk Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia. Bertindak sebagai iman, KH. Mustafid Amna, M.A., dan khatib Prof. Dr. Anas Subarnas, M.Sc., guru besar Fakultas Farmasi Unpad.

Prof. Dr. Anas Subarnas, M.Sc., guru besar Fakultas Farmasi Unpad, saat menjadi khatib Idul Adha di Lapangan Parkir Utara Unpad Jln. Dipati Ukur Bandung, Minggu (5/10). (Foto oleh: Tedi Yusup)
Prof. Dr. Anas Subarnas, M.Sc., guru besar Fakultas Farmasi Unpad, saat menjadi khatib Idul Adha di Lapangan Parkir Utara Unpad Jln. Dipati Ukur Bandung, Minggu (5/10). (Foto oleh: Tedi Yusup)

Dalam ceramahnya, Prof. Anas menyampaikan tema “Dengan Semangat Idul Adha Kita Tingkatkan Kepedulian Sosial”. Selain memaknai apa yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim as, momentum Idul Adha juga digunakan sebagai evaluasi diri sejauh mana nilai-nilai yang dicontohkan tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Penyembelihan hewan kurban yang menjadi bagian dalam pelaksanaan ibadah Idul Adha mengandung nilai yang berkaitan dengan perwujudan hablumminallah dan hablumminanas. Untuk itu, ibadah ini harus dijadikan momen penting untuk membersihkan diri dari sifat-sifat hewani sekaligus menumbuhkembangkan berbagi sifat kebaikan, salah satunya adalah peduli terhadap sesama.

“Sikap individualistik tidak sejalan dengan nilai Islam. Dalam hidup bermasyarakat, Islam mengajarkan untuk hidup berdampingan secara harmonis, saling menghargai, toleran, dan tolong menolong,” seru Prof. Anas.

adha2014badha2014aGaya hidup individualistik yang berujung pada materialistik kini telah merebak di Indonesia. Menurut Prof. Anas, gaya hidup ini lebih mengutamakan nafsu duniawi sebagai tujuan hidup. Akibatnya, kebahagiaan yang didapat justru hanya melahirkan sebuah kebahagiaan semu.

“Islam tidak melarang seseorang mencari harta sebanyak-banyaknya. Kita semestinya memanfaatkan rezeki yang Allah berikan bukan semata-mata untuk kesenangan diri sendiri dan keluarga, melainkan harus berbagi dengan saudara di sekeliling kita yang hidupnya serba kekurangan,” jelasnya.

Untuk itu, melalui semangat Hari Raya Kurban, Prof. Anas menyeru kepada jamaah untuk meningkatkan kepatuhan kepada Allah sekaligus meningkatkan kepedulian sosial. “Nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah kurban mudah-mudahan menjadi bagian dari diri kita dan kita dapat mencontoh suri tauladan yang telah ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim as dan putranya, Nabi Ismail AS,” pesan Prof. Anas.*

Laporan oleh Arief Maulana / eh

Share this: