Abdul Hamid Batubara, “Indonesia dalam Kondisi Krisis Energi”

Ketua Program Studi Hubungan Internasional, Drs. Chandra Purnama, M.Si. (kiri), bersama Presiden Komisaris PT Chevron Pasific Indonesia, Abdul Hamid Batubara *

[Unpad.ac.id, 10/10/2014] Beberapa faktor membuat Indonesia saat ini telah memasuki kondisi krisis energi . Selain karena temuan ladang baru yang terbatas, kondisi aturan hukum dan juga situasi politik memberi pengaruh signifikan kepada terciptanya krisis energi di negeri kita.

Ketua Program Studi Hubungan Internasional, Drs. Chandra Purnama, M.Si. (kiri), bersama Presiden Komisaris PT Chevron Pasific Indonesia, Abdul Hamid Batubara *
Ketua Program Studi Hubungan Internasional, Drs. Chandra Purnama, M.Si. (kiri), bersama Presiden Komisaris PT Chevron Pasific Indonesia, Abdul Hamid Batubara *

“Kondisi energi di Indonesia, khususnya perminyakan telah memasuki kondisi krisis tanpa kita sadari”, ujar Presiden Komisaris PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), Abdul Hamid Batubara, saat menjadi pembicara dalam Kuliah Umum berjudul ”Chevron dan Keamanan Energi Indonesia” yang diselenggarakan oleh Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran di Jatinangor, Jumat (10/10).

Abdul menekankan pula mengenai kondisi krisis energi di Indonesia yang salah satunya disebabkan oleh proses produksi yang terhambat akibat besarnya ongkos penelitian ladang baru yang belum tentu menghasilkan minyak. Selain itu, khusus untuk di Indonesia, kondisi peraturan-peraturan yang cukup menghambat perusahaan dalam beroperasi memiliki peran dalam kondisi krisis energi. Kondisi perpolitikan dalam negeri pun cukup memberikan pengaruh signifikan, dimana iklim yang kurang kondusif pasca pemilihan umum, membuat beberapa pengusaha maupun perusahaan asing mulai mempertimbangkan untuk mengalihkan investasi ke negara lain yang lebih stabil.

Abdul menutup kuliah umum hari itu dengan memberikan beberapa usulan usaha yang dapat dilakukan untuk menambah cadangan energi yang kian menipis. Diantaranya penemuan baru melalui eksplorasi, peningkatan perolehan migas dari lapangan yang sudah ada melalui pembaharuan teknologi, peningkatan efisiensi sumur-sumur yang sudah ada dengan workover, perbaikan pompa, perbaikan fasilitas maupung dengan pengembangan lebih lanjut dan penerapan teknik-teknik yang lebih beragam.

Dalam kuliah umum yang berlangsung selama dua jam itu, Abdul memaparkan mengenai profil Chevron sebagai salah satu perusahaan multinasional yang terbesar, pengalaman pribadi beliau selama bekerja di bidang perminyakan, dan krisis energi di Indonesia. Beliau mengawali pemaparan dengan memberikan penjelasan mengenai profil Chevron dan kontribusi Chevron di Indonesia. Salah satu poin penting yang ditekankan oleh beliau adalah nilai Chevron, yaitu kontribusi Chevron di Indonesia ditunjukkan dengan beberapa foto maupun pemaparan mengenai pembangunan pendidikan maupun upaya bioremediasi di Indonesia. Beberapa kontribusi itu merupakan salah satu wujud langkah Chevron untuk memperlihatkan itikad baiknya dalam membantu membangun bangsa. *

Rilis oleh: Hubungan Internasional FISIP Unpad / eh

Share this: