Tantangan untuk Ilmuwan, Ciptakan Lebih Banyak Makan Siap Saji Kaya Nutrisi

Prof. Mike Gidley dari University of Queensland, Australia (Foto oleh: Arief Maulana)*

[Unpad.ac.id, 16/09/2014] Perilaku konsumsi makanan siap saji (fast food) merupakan salah satu dampak dari kemajuan teknologi dan industri. Sifatnya yang cepat saji dan mudah dicerna membuat fast food menjadi budaya masyarakat perkotaan, meskipun dampak negatif yang ditimbulkan di dalam tubuh cukup signifikan.

Prof. Mike Gidley dari University of Queensland, Australia (Foto oleh: Arief Maulana)*
Prof. Mike Gidley dari University of Queensland, Australia (Foto oleh: Arief Maulana)*

“Tidak ada yang salah dengan fast food, tetapi tingginya lemak, garam, gula di pencernaan dapat berkontribusi menyebabkan penyakit diabetes, penyakit kardiovaskuler, dan beberapa jenis kanker,” ungkap Prof. Mike Gidley dari University of Queensland, Australia, dalam “Australia Indonesia Innovative Research Seminar Series: Food Technology Seminar” di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad Kampus Jatinangor, Selasa (16/09).

Research Seminar Series ini digelar oleh Departemen Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP) Unpad dengan Kedutaan Besar Australia di Indonesia. Diikuti oleh mahasiswa FTIP Unpad, acara dibuka secara resmi oleh Dekan FTIP Unpad, Mimin Muhaemin, Ph.D. Prof. Gidley sendiri membawakan presentasinya berjudul “ Health and Wealth from Foods – Challenges and Opportunities”.

Sifatnya yang selalu tersedia dan mudah dicerna membuat “fast food” banyak digemari manusia modern. Direktur Centre for Nutrition and Food Services (CNAFS) University of Queensland tersebut kemudian menggambarkan pola nutrisi manusia ke dalam 3 piramida perkembangan, yakni pre agriculture diet, post agriculture diet, dan industrialized diet.

Hasilnya dalam pre agriculture diet, konsumsi manusia masih bergantung pada sayur, buah, daging dan telur. Pada post agriculture diet, konsumsi mulai merambah pada sektor susu, roti, dan aneka makanan yang mengandung lemak, minyak, pemanis, dan garam. Sektor ini diletakkan di puncak piramida

Sementara dalam industrialized diet, sturktur piramida menjadi tidak berbentuk. Makanan fast food dan buatan yang mengandung lemak, minyak, pemanis, serta garam berada di puncak dan mengalami lonjakan yang cukup signifikan.

“Inilah tantangan terbesar bagi para ilmuwan untuk menciptakan makanan yang enak tetapi dari segi nutrisi termasuk sehat,” ujar Prof. Gidley.

Ia pun menerangkan kondisi sektor industri makanan Australia saat ini. Menurutnya, industri makanan di Australia telah mengacu pada 3 hal, yakni konsep green, penambahan unsur dari sektor pertanian yang berkualitas tinggi, serta mulai mengembangkan beberapa sektor komoditas unik Australia.

“Indonesia sangat kaya akan komoditas pertanian yang memiliki nilai nutrisi. Ini bisa menjadi tantangan bagi kita untuk mengembangkannya,” tuturnya.

Selain Prof. Mike Gidley, research seminar series ini juga diisi oleh presentasi dari Prof. Julian Cox dari University of New South Wales dengan judul “Food Safety, Salmonella and Poultry”.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

Share this: