Praktik Kolaborasi Kesehatan Penting untuk Tingkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan

Ketua Program Studi Magister Keperawatan Unpad, Dr. F. Sri Susilaningsih, MN., dan moderator pada acara Nusantara Health Collaborative (NHC) 2014 di Bale Sawala, Gedung Rektorat, kampus Unpad Jatinangor, Sabtu (27/09). (Foto oleh: Artanti)*

[Unpad.ac.id, 27/09/2014] Dalam dunia kesehatan, praktik kolaborasi sangatlah penting. Permasalahan pasien yang kompleks tidak dapat ditangani hanya oleh satu profesi medis, melainkan harus melibatkan berbagai profesi. Praktik kolaborasi bukan hanya diperlukan demi keselamatan pasien, tetapi juga untuk meningkatkan kepuasan serta terciptanya mutu pelayanan kesehatan yang baik.

Ketua Program Studi Magister Keperawatan Unpad, Dr. F. Sri Susilaningsih, MN., dan moderator pada acara Nusantara Health Collaborative (NHC) 2014 di Bale Sawala, Gedung Rektorat, kampus Unpad Jatinangor, Sabtu (27/09). (Foto oleh: Artanti)*
Ketua Program Studi Magister Keperawatan Unpad, Dr. F. Sri Susilaningsih, MN., dan moderator pada acara Nusantara Health Collaborative (NHC) 2014 di Bale Sawala, Gedung Rektorat, kampus Unpad Jatinangor, Sabtu (27/09). (Foto oleh: Artanti)*

“Tidak ada satu profesi yang bisa menyelesaikan permasalahan pasien secara komplit, karena penanganan pasien harus utuh, berkualitas, dan memuaskan,” tutur Ketua Program Studi Magister Keperawatan Unpad, Dr. F. Sri Susilaningsih, MN. yang menjadi salah satu pembicara pada acara Nusantara Health Collaborative (NHC) 2014 di Bale Sawala, Gedung Rektorat, kampus Unpad Jatinangor, Sabtu (27/09).

Berbagai profesi medis tersebut diantaranya dokter, perawat, apoteker, ahli gizi, dan psikolog. Apabila tidak dilakukan kerja sama tim yang baik, maka dalam menghadapi kompleksitas permasalahan pasien akan berpotensi terjadinya fragmanted care, pelayanan yang tumpang tindih, konflik interprofesional, serta keterlambatan pemeriksaan dan tindakan.

Berdasarkan data dari WHO, 70-80% kesalahan dalam pelayanan kesehatan disebabkan oleh buruknya komunikasi dan pemahaman di dalam tim. Kerja sama tim yang baik dapat membantu mengurangi masalah patien safety.

Dr. Sri juga menyebutkan, keselarasan langkah yang dinamis antar berbagai klinisi dan keilmuan untuk membangun tim pelayanan membutuhkan dua hal, yaitu tatanan dan kultur, serta pendekatan interdisiplin atau interprofesional. Berdasar hasil penelitian, penanganan pasien secara interdisiplin baik pada rawat inap maupun pelayanan kesehatan primer, dapat meningkatkan kepuasan serta mengurangi hospitalisasi dan angka kematian.

Dengan demikian, proses pengambilan keputusan klinis bukanlah monopoli dari satu profesi medis. “Pengambilan keputusan harus terintegrasi, melibatkan berbagai keahlian dan memberikan suatu keutuhan dalam penanganan,” tegas Dr. Sri.

Menurut Dr. Sri, esensi dari pelayanan interdisiplin adalah mengutamakan shared expertise dan mengurangi personal autonomy. “Personal autonomy tidak hilang, tapi porsinya dikurangi sehingga terjadi proses berbagi peran,” jelasnya.

Hal terpenting dari praktik kolaborasi adalah hubungan saling percaya , menghargai, dan mampu bekerja sama. “Kolaborasi harus ada equality, apapun latar belakangnya. Tidak ada yang merasa paling tinggi atau paling rendah. Semua pada level yang sama,” ujar Dr. Sri.

Terciptanya praktik kolaborasi kesehatan ini pun tidak secara tiba-tiba, melainkan harus tumbuh melalui proses pembelajaran yang disiapkan dengan baik. Dengan demikian, perlu dipersiapkan tenaga pendidik dan kurikulum yang mengarah kesana.

NHC 2014 ini digelar oleh Health Professional Education Quality Students (HPEQ Students) berkolaborasi dengan Indonesian Young Health Professionals’ Society (IYHPS) dengan dukungan Ditjen Dikti Kemdikbud RI. Kegiatan ini digelar di 10 regional, dan Unpad menjadi tuan rumah pada Regional 10 (Jawa Barat), pada 27-28 September 2014. Kegiatan meliputi seminar, workshop, dan field trip, diikuti oleh ratusan peserta yang merupakan mahaiswa kesehatan dan profesional muda kesehatan di Jawa Barat.*

Laporan oleh: Artanti Hendriyana / eh

Share this: