Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, dr., Sp.A(K)., MM, “Pemberantasan Reinfeksi Daerah Bebas Polio Tetap Penting Dilakukan”

Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, dr., Sp.A(K)., MM., saat membacakan orasi ilmiah berjudul Epidemiologi Penyakit Polio, Dulu, Sekarang, dan Akan Datang Sebagai Bukti Keberhasilan Program Imunisasi Polio Menuju Dunia Bebas Polio (End-Game Polio) di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Jumat (8/08). (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, dr., Sp.A(K)., MM., saat membacakan orasi ilmiah berjudul Epidemiologi Penyakit Polio, Dulu, Sekarang, dan Akan Datang Sebagai Bukti Keberhasilan Program Imunisasi Polio Menuju Dunia Bebas Polio (End-Game Polio) di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Jumat (8/08). (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, dr., Sp.A(K)., MM., saat membacakan orasi ilmiah berjudul Epidemiologi Penyakit Polio, Dulu, Sekarang, dan Akan Datang Sebagai Bukti Keberhasilan Program Imunisasi Polio Menuju Dunia Bebas Polio (End-Game Polio) di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Jumat (8/08). (Foto oleh: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 8/08/2014] Sejak ditemukannya vaksin pada 1955, wabah penyakit polio yang dalam kurun tahun 1900 – 1950 meningkat secara global di Eropa dan Amerika Utara, mulai mengalami penurunan. Tantangan saat ini adalah bagaimana memberantas habis virus polio liar di daerah endemiknya, termasuk reinfeksi di daerah yang telah dinyatakan bebas polio sekalipun.

“Tantangan yang lain adalah bagaimana memberantas akhir polimielitis atau suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus polio, yang dikenal sebagai penyebab kelemahan dan kelumpuhan yang tiba-tiba dari anggota badan,” ujar Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, dr., Sp.A(K)., MM., saat membacakan orasi ilmiah berjudul Epidemiologi Penyakit Polio, Dulu, Sekarang, dan Akan Datang Sebagai Bukti Keberhasilan Program Imunisasi Polio Menuju Dunia Bebas Polio (End-Game Polio), Jumat (8/08) di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung.Orasi ilmiah ini digelar berkenaan dengan penerimaan jabatan Prof. Kusnadi sebagai Guru Besar dalam Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran (FK) Unpad.

Diakui Prof. Kusnadi, penggunaan vaksin melalui program imunisasi efektif menurunkan penyebaran virus polio. Setelah dimulainya gerakan eradikasi polio tahun 1998 oleh Global Polio Eradication Initiative (GPEI), suatu program di bawah naungan WHO, terjadi penurunan tajam insidens polio di dunia dengan presentase lebih dari 90%.Saat ini hanya 3 negara dari 2 kawasan di dunia yang belum bebas dari polio. Indonesia sendiri sejak tahun 1995 tidak pernah ditemukan lagi ditemukan kasus polio liar.

kusnandi1kusnandi3kusnandi4“Harapan dunia bebas polio merupakan cita-cita yang sampai saat ini masih belum sepenuhnya tercapai. Kasus polio masih terjadi di beberapa tempat, baik akibat virus polio liar maupun akibat virus polio vaksin,” papar guru besar yang lahir di Payakumbuh, 54 tahun yang lalu.

Masih lemahnya infrastruktur publik dan sistem kesehatan dinilai menjadi penyebab cakupan imunisasi polio belum tercapai. Maka, rencana end-game polio tahun 2014 – 2018 dis eluruh penjuru dunia harus terus didorong. Salah satu upayanya adalah pemberantasan transmisi virus polio liar di daerah endemik polio.

“Pemberantasan reinfeksi daerah yang telah dinyatakan bebas virus polio juga penting dilakukan. Caranya dengan meningkatkan cakupan imunisasi polio setinggi mungkin,” ulasnya.

Di akhir orasinya, Prof. Kusnadi pun mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menyongsong dunia bebas polio. “Jangan ragu melaksanakan imunisasi, keamanan dan keefektifannya sudah teruji. Imunisasi sangat berhasil meningkatkan kualitas hidup anak Indonesia,” pungkasnya.

Prof. Kusnadi resmi dilantik menjadi Guru Besar oleh Rektor sekaligus Ketua Senat Unpad, Prof. Ganjar Kurnia pada 25 April lalu. Saat ini, Prof. Kusnadi tercatat sebagai Kepala Bagian Tumbuh Kembang Pediatri Sosial di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad-Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.*

Laporan oleh Arief Maulana / eh *

Share this: