Prof. Bagir Manan, “Kaum Intelektual Wajib Gunakan Ilmunya untuk Kemaslahatan Bangsa”

Logo Unpad *

[Unpad.ac.id, 19/08/2014] Pada zaman prakemerdekaan, kaum intelektual Indonesia berperan aktif demi menyongsong kemerdekaan sekaligus membentuk negara yang berdaulat. Namun, pascakemerdekaan kaum intelektual dan terpelajar dihadapkan tantangan pada bagaimana mempertahankan kemerdekaan tersebut.

Logo Unpad *
Logo Unpad *

Demikian dikemukakan Prof. Dr. Bagir Manan, S.H., MCL., ketua Dewan Pers Nasional yang juga sebagai Guru Besar Ilmu Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Unpad, saat memberikan ceramah ilmiah Kuliah Perdana Pascasarjana Unpad, Selasa (19/08) di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung. Kuliah perdana ini dihadiri oleh mahasiswa baru Pascasarjana Unpad Tahun Akademik 2014/2015.

Kuliah umum dengan tema “Etika dan Integritas Keilmuan Pascasrjana” ini dibuka secara resmi oleh Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia, dan dihadiri pula oleh Wakil Rektor Bidang Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Wakil Rektor Bidang PPM dan Kerja Sama, Direktur dan Wakil Direktur Pascasarjana, serta Dekan dan Koordinator Program Studi Pascasarjana.

Pascakemerdekaan, Prof. Bagir tidak menafikan bahwa banyak sarjana dan kaum intelektual yang aktif di lingkungan pemerintahan. Hal tersebut sekaligus menghilangkan pemikiran “miring” bahwa perguruan tinggi hanya menjadi menara gading bagi masyarakat di sekitarnya.

Namun, tidak sedikit pula kaum intelektual yang kurang sadar akan perannya dalam mewujudkan cita-cita bangsa. “Kaum intelektual adalah bagian dari tanggung jawab ilmiah yang wajib menggunakan ilmunya untuk kemaslahatan bangsa,” ujar Prof. Bagir.

Selain itu, kondisi masyarakat Indonesia pun belum sepenuhnya sejahtera sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945. Prof. Bagir menilai masyarakat mengalami powerless, dimana kondisi kehidupannya tidak substantif. Agar mampu bangkit, masyarakat membutuhkan dorongan kekuatan yang didasarkan pada aspek kemanusiaan dan wawasan kelimuan, bukan dengan tindakan yang berujung provokatif.

“Mengutip pernyataan Sutan Sjahrir 70 tahun yang lalu, semestinya kaum terpelajar menjadikan ilmu untuk kekayaan rohaninya. Meraih gelar bukan hanya untuk mengejar kepentingan ilmiah saja,” tandasnya.

Untuk itu, kaum intelektual menurutnya harus memiliki karakter yang dibentuk oleh pendidikan. Dengan karakter inilah kaum intelektual mampu mempertahankan kemerdekaan dan tidak takut untuk membela kebenaran. Meski begitu, Prof. Bagir pun menekankan para mahasiswa Pascasarjana untuk tetap menjaga etika akademik.

“Etika inilah yang menjadi standar utama dari suatu keilmuan dan berperan penting mencegah penyalahgunaan kebebasan akademik,” pungkas Prof. Bagir.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh *

Share this: