Mahasiswa Fapet Unpad Belajar Industri Peternakan di Australia

[Unpad.ac.id, 5/06/2014] Mahasiswa Fakultas Peternakan Unpad, Ihsan Salahuddin Rabbani, dan 9 mahasiswa dari Fakultas Peternakan dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti Indonesia-Australia Student Pastoral Program di Northern Territory Australia pada April hingga Juli 2014 mendatang.

Mahasiswa dari 10 universitas yang mengikuti Indonesia-Australia Student Pastoral Program di Australia *
Mahasiswa dari 10 universitas yang mengikuti Indonesia-Australia Student Pastoral Program di Australia *

Program ini merupakan kerja sama yang dirintis oleh mahasiswa Fakultas Peternakan Unpad, Universitas Brawijaya dan Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) dengan Northern Territory Cattlemen’s Association (NTCA) Australia untuk belajar tentang industri sapi potong pada tahun 2012 lalu. Dalam perjalanannya, sejumlah universitas lain bergabung sehingga pada tahun 2010 ini total ada 10 universitas terdiri dari Unpad, Universitas Brawijaya, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas Andalas, Universitas Nusa Cendana, Universitas Hasanuddin, Universitas Sriwijaya, dan Universitas Mataram.

Masing- masing delegasi memiliki tujuan serta misi berbeda. Delegasi Unpad, Ihsan yang merupakan mahasiswa tingkat dua, memiliki tujuan untuk belajar, menambah wawasan, serta mencari pengalaman terkait industri sapi potong di Australia. “Menjalin relasi serta pemahaman antar kedua belah pihak juga menjadi hal penting dalam program ini” Ujar Ihsan.

Untuk dapat terpilih menjadi delegasi bukan perkara mudah karena setiap mahasiswa harus menghadapi beberapa tahapan seleksi yang cukup ketat dari masing–masing universitas terutama kecakapan dalam berbahasa Inggris dan pengetahuan tentang peternakan.

Bersama Robi Agustiar selaku mentor para mahasiswa tersebut, mereka disambut hangat oleh Executive Director NTCA, Luke Bowen, dan dua orang staf dari kedutaan Indonesia di Australia. Mereka akan diberikan pelatihan terlebih dahulu selama dua minggu di Katherine Rural College Charles Darwin University sebelum ditempatkan di Cattle Station’s. Hal ini agar setiba di Cattle Station’s nanti sepuluh mahasiswa tersebut tidak terkejut dengan metoda peternakan yang digunakan.

Metoda yang digunakan Australia berbeda dengan di Indonesia. Sapi di Australia umumnya dipelihara menggunakan metoda ekstensif atau dikenal dengan metoda pengembaraan pastoral. Berbeda dengan Indonesia yang menggunakan sistem pemeliharaan secara intensif dimana sapi dipelihara di kandang dan diikat hidungnya sehingga sapi relatif jinak serta terbiasa dengan manusia. Sapi yang dikembangkan dengan metoda ekstensif biasanya terbilang lebih agresif karena jarang bertemu dengan manusia, sapi tersebut terbiasa hidup di area yang luas atau biasa disebut paddock.

Para mahasiswa juga akan dikenalkan dengan yang namanya mustering, walking cattle, drafting cattle suatu kegiatan yang tidak mudah. “Understanding cattle behavior is the basic of efficient and safe specially when mustering”  ujar Witney saat mengajar sepuluh mahasiswa dari Indonesia.

Mereka diberikan pelatihan tentang basic working with cattle seperti safety procedure work with cattle, animal behavior, animal welfare, rangelands, pastoral management, working at high, first aid,  menunggang kuda, mengendarai motorbike dan quadbike hingga mengendarai alat berat seperti traktor.

Tahun ini lima Cattle Station’s tersebar di wilayah Northern Territory ikut berpartisipasi dalam program ini yaitu Lake Field, Auvergne, Cave Creek, Pigeon Hole, dan Victoria Rivers Down. Rencananya setiap Cattle Station’s akan ditempati oleh dua orang mahasiswa. Terhitung sejak 16 Mei 2014 lalu sepuluh mahasiswa tersebut sudah mulai menjalani kehidupan di masing-masing Cattle Station’s hingga 22 Juni 2014 nanti.*

Rilis oleh: Cattle Buffalo Club Fapet Unpad / eh *

Share this: