Andre Omar Siregar (berdiri), interpreter dari Staf Khusus Kepresidenan RI saat menyampaikan materi pada Diskusi dan Workshop Profesi Interpreter di Bale Santika Unpad Jatinangor, Selasa (20/05). (Foto oleh: Arief Maulana)

[Unpad.ac.id, 20/05/2014] Menjadi interpreter atau juru bahasa memang tidak mudah. Dibutuhkan keterampilan menerjemahkan suatu bahasa yang digunakan si pembicara secara langsung dan tepat. Namun, justru seorang interpreter memiliki peran besar untuk menjembatani komunikasi dua orang pembicara yang menggunakan dua bahasa berbeda.

Andre Omar Siregar (berdiri), interpreter dari Staf Khusus Kepresidenan RI saat menyampaikan materi pada Diskusi dan Workshop Profesi Interpreter di Bale Santika Unpad Jatinangor, Selasa (20/05). (Foto oleh: Arief Maulana)
Andre Omar Siregar (berdiri), interpreter dari Staf Khusus Kepresidenan RI saat menyampaikan materi pada Diskusi dan Workshop Profesi Interpreter di Bale Santika Unpad Jatinangor, Selasa (20/05). (Foto oleh: Arief Maulana)

Interpreting itu bersifat immediately (segera). Sifatnya berbeda dengan translation (penerjemahan) yang sifatnya tidak segera,” ujar dosen Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad, Rasus Budhyono, M.Hum., saat menjadi pembicara dalam Seminar dan Workshop Profesi Interpreter, Selasa (20/05) di Bale Santika Unpad Kampus Jatinangor. Seminar dan Diskusi Profesi Interpreter ini diselenggarakan oleh Gelanggang Mahasiswa Sastra Inggris (Gemasi) FIB Unpad.

Karakter segera, cepat, dan menguasai bahasa merupakan hal yang harus dimiliki interpreter. Selain itu, interpreter juga selalu bekerja di bawah tekanan waktu dan memiliki kesempatan sedikit untuk mengoreksi atau merevisi pembicaraan.

Interpreter biasanya digunakan pada kegiatan seminar, presentasi, konferensi, atau pengadilan dimana terdapat komunikasi bilingual. Interpreter juga digunakan untuk komunikasi bilingual menyangkut urusan bisnis, diplomasi, liasion organizer, pengadilan, hingga pendidikan.

Dalam hal diplomasi, interpreter memegang peranan penting untuk perkembangan negara. Menurut staf khusus Kepresidenan yang juga sebagai interpreter Presiden RI, Andre Omer Siregar, interpreter dalam komunikasi kepala negara berperan besar untuk menjembatani pemikiran satu atau antar kepala negara dalam pertemuan-pertemuan internasional.

“Ia berperan menyampaikan ide-ide pemimpin negara yang kelak akan berpengaruh ke negaranya,” kata Andre.

Meski tidak mudah, interpreter adalah pekerjaan yang paling menggiurkan. Diakuinya, pada tahun 2014 ini, Indonesia setidaknya akan menggelar 90 acara bertaraf internasional. Sehingga, kebutuhan untuk seorang penerjemah atau interpreter semakin meningkat.

Hal senada juga dituturkan oleh Susi Septaviana R, M.Pd., dosen Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Menurutnya, banyak keuntungan yang didapat oleh seorang interpreter ketika melakukan pekerjaannya. Selain berpenghasilan tinggi, interpreter juga bekesempatan mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi.

Oleh karena itu, untuk menjadi interpreter harus memahami faktor-faktor kesulitannya, seperti: mampu multitasking, manajemen waktu, penguatan konsentrasi dan ingatan, perluas pengetahuan , interpersonal skill, vocal power, dan aspek psikologis.

“Tidak ada sekolah interpreter di Indonesia, kamu harus punya passion dan berlatih sendiri untuk menjadi interpreter,” ucap Rasus.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh *

Share this: