Ideologi Partai Tidak Jelas, Wakil Rakyat Sekadar Pekerja Partai?

Para pembicara dan moderator diskusi bertema "Hasil Pileg 2014: Mengapa, Memilih Siapa" di Bale Rucita Unpad, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung, Senin (19/05). (Foto oleh: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 19/05/2014] Pemilihan umum anggota legislatif telah usai. Di Jawa Barat, beberapa nama calon anggota legislatif dipastikan lolos menjadi anggota DPR RI. Hal ini tentunya menjadi pertanyaan, seberapa besarkah peranan calon tersebut mewakili aspirasi masyarakat Jawa Barat di tingkat nasional?

Para pembicara dan moderator diskusi bertema "Hasil Pileg 2014: Mengapa, Memilih Siapa" di Bale Rucita Unpad, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung, Senin (19/05). (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Para pembicara dan moderator diskusi bertema “Hasil Pileg 2014: Mengapa, Memilih Siapa” di Bale Rucita Unpad, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung, Senin (19/05). (Foto oleh: Tedi Yusup)*

“Anggota legislatif sekarang lebih sibuk mempertahankan kekuasaan tanpa berpikir untuk mementingkan kepentingan rakyat,” ujar dosen FISIP Unpad, Dr. Asep Sumaryana, drs., M.Si., dalam Diskusi “Hasil Pileg 2014: Mengapa, Memilih Siapa?” di Bale Rumawat Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung,  Senin (19/05)

Diskusi ini menghadirkan lima pembicara, yaitu Kolonel (Purn) Herman Ibrahim, Prof. Dr. Asep Warlan Yusuf, MH (Universitas Parahyangan), Dr. Drs. Asep Sumaryana, M.Si, Dr. Cecep Dharmawan, S.Pd., S.IP., M.Si (Universitas Pendidikan Indonesia), dan H. Yayat Hidayat, S.Sos., M.Si. (Ketua KPU Jabar), dengan moderator Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia.

Diskusi diawali dengan pemaparan hasil pemilihan legislatif di Jawa Barat oleh Ketua KPU Jabar, Yayat Hidayat. Dalam paparannya Yayat antara lain mengungkapkan, anggota DPR RI dan DPRD Jabar kebanyakan merupakan orang baru.  Yayat pun memaparkan dinamika pelaksanaan pileg pada April 2014 lalu.

Anggota legislatif, menurut Dr. Asep Sumaryana, selalu dipengaruhi oleh ideologi partai. Namun di sisi lain, ideologi dalam suatu partai sendiri tidak jelas. Dr. Cecep sendiri mengungkapkan, ideologi partai di Indonesia cenderung bersifat pragmatis sehingga wakil partai yang ada hanya terkesan sebagai pekerja partai, bukan menjadi politisi atau negarawan yang sebenarnya.

“Hal ini pula yang menjadikan masyarakat relatif tidak menjadikan ideologi partai sebagai bagian ketika pemilihan umum,” jelas Cecep.

Terkait dengan pemilih, Prof. Asep Warlan menyebutkan, ada beberapa kategori pemilih di Indonesia, yaitu rasional, tradisional, kritis, hingga skeptis atau ragu. Sayangnya, dominasi pemilih di Jawa Barat masih tergolong kepada pemilih tradisional.

“Kita sangat jarang menemukan pemilih yang bukan sekadar tahu mengenai nama-nama calon, tapi juga mendalami lebih jauh aspek ideologinya,” terang Prof. Asep.

Herman sendiri mempunyai pendapat yang agak ironis. Purnawirawan TNI ini menuturkan, “pemenang” sesungguhnya dari calon anggota legislatif yang lolos pemilu adalah kaum kapitalis/pemilik modal. Partai, menurutnya adalah sebuah kelas elit bagi para pemilik modal.

“Pemilu legislatif dan Presiden sesungguhnya merupakan momentum yang baik bagi perekonomian Indonesia. Yang terjadi adalah sebaliknya. Semua pasangan capres dan cawapres merupakan hasil koalisi dibangun dengan cara transaksi. Bisa dipastikan Presiden terpilih akan menyusun kabinetnya dari kalangan politisi minus keahlian di bidang ekonomi,” papar Herman.

Oleh karena itu, masyarakat Jawa Barat khususnya lebih mencermati pemimpin-pemimpinnya yang berkiprah di tingkat nasional. “Nasional lebih butuh pemimpin Jawa Barat yang punya kepedulian terhadap Jawa Barat, bukan berdasarkan kepentingan politik partainya,” kata Prof. Asep.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh *

Share this: