Cintary Kartika Putri Wisudawan Terbaik Jenjang Sarjana Unpad

Cintary Kartika Putri (Foto oleh: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 7/05/2014] Sejak SMA ia sudah terbiasa untuk mandiri. Impiannya untuk berkuliah menjadi tantangan sendiri dalam benaknya,yaitu bagaimana caranya berkuliah tanpa membebankan kedua orang tuanya. Sebab, dalam pandangannya, kuliah merupakan momentum proses pendewasaan diri. Itulah tekad Cintary Kartika Putri, wisudawan terbaik program sarjana pada Wisuda Unpad Gelombang III Tahun Akademik 2013/2014, saat memulai kuliah dulu. Lulusan dari program studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Unpad ini menyelesaikan studi sarjananya dalam tempo 3,5 tahun dengan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,95.

Cintary Kartika Putri (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Cintary Kartika Putri (Foto oleh: Tedi Yusup)*

“Alhamdulillah bersyukur, apa yang selama ini telah saya lakukan di FH Unpad telah mendapatkan penghargaan puncaknya,” ungkap Cintary saat diwawancarai Humas Unpad, Selasa (06/05).

Bukan hanya itu, selama kuliah, Cintary mampu menjawab tantangannya. Ia merupakan mahasiswa program Scholarship dari Dikti sehingga dari tahun pertama kuliahnya ia tidak lagi membayar biaya kuliah. Di sela kesibukan kuliahnya, Cintary pun sering menjadi MC, presenter, dan researcher pada beberapa acara untuk menambah uang saku.

“Mendapatkan scholarship itu merupakan kesempatan bagi saya buat lepas dari membebankan orang tua,” tutur gadis yang lahir di Sumedang, 2 Februari 1993 ini.

Tidak mudah memang untuk mendapatkan beasiswa ini. Keinginan kuat untuk dapat berkuliah tanpa membebankan kedua orang tuanya adalah modal utamanya untuk berjuang mendapatkan beasiswa tersebut. Ia pun mencoba mendaftar beberapa tawaran beasiswa. Terbukti, Cintary lolos di 3 tawaran beasiswa, yaitu beasiswa kedokteran di perguruan tinggi di negara Turki, beasiswa dari pemerintah Malaysia, serta beasiswa dari Dikti untuk berkuliah di Unpad. Karena ingin lebih dekat dengan keluarga, Cintary pun memilih beasiswa dari Dikti.

Namun, mendapat beasiswa bukan berarti bisa melenggang santai. Cintary sadar punya kewajiban besar terhadap beasiswa yang diperolehnya, yaitu ia harus berprestasi di almamaternya. “Dengan mendapatkan beasiswa ini, saya sudah punya plan, kalau saya gak mau dengan nilai bagus di akademik tapi juga berprestasi di luar akademik,” ujarnya.

Sejak tahun pertama berkuliah di Unpad, sederet prestasi telah diraihnya. Cintary pernah meraih juara debat hukum konstitusi nasional yang diselenggarakan oleh UI dan Mahkamah Konstitusi. Di lingkungan kampus, ia pun pernah menjadi juara kompetisi debat internal di FH serta juara mahasiswa berprestasi (mawapres) di tingkat universitas pada 2013 lalu.

Ia pun aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FH Unpad, Padjadjaran Law Reasearch, dan Kelompok Studi Hukum (KSH) FH Unpad. Di sini, Cintary sangat berpegang pada manajemen waktu. Ia membiasakan mendisiplinkan diri untuk mengatur waktu kapan harus belajar, dan aktif di kegiatan kemahasiswaan.

“Istilahnya, kalau kita sudang nyemplung jangan hanya sekadar basah, tapi harus basah kuyup sekalian,” begitulah idiom yang diucapnya.

Dengan menjadi wisudawan terbaik di Unpad, Cintary yakin akan ada tantangan besar yang dihadapi. Baginya, kelulusan adalah gerbang pertama untuk bisa lepas dan menjadi mandiri. “Ada new challenge yang akan dihadapi, yaitu menyelesaikan studi magister, dapat great job, dan bisa membuat kedua orang tua lebih bahagia,” imbuhnya.

Terlepas dari itu semua, kelulusan ini akan Cintary persembahkan bagi kedua orang tuanya. “Semua yang saya lakukan hanya untuk mencari ridho Allah dan kebahagiaan orang tua. Terima kasih Unpad,” ujarnya haru.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh *                            

Share this: