Salah satu adegan di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad, Kamis (20/3) kemarin. (Foto oleh: Tedi Yusup)

[Unpad.ac.id, 21/3/2014] Dongeng Lutung Kasarung adalah folklor yang populer di Jawa Barat. Tokoh “lutung” yang merupakan jelmaan dari Guru Minda yang dikutuk, acapkali menjadi bacaan bagi anak-anak yang duduk di bangku sekolah. Namun, bagaimana jika dongeng klasik Sunda tersebut dipentaskan melalui seni Tembang Cianjuran?

Salah satu adegan di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad, Kamis (20/3) kemarin. (Foto oleh: Tedi Yusup)
Salah satu adegan pertunjukan Baranang Bentang Harepan: Ngaderas Lutung Kasarung dina Tembang Sunda Cianjuran” di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad, Kamis (20/3) kemarin. (Foto oleh: Tedi Yusup)

Untuk itu dalam Pidangan Seni Budaya Rumawat Padjadjaran edisi ke-68 kali ini, Unit Kesenian Unpad bekerja sama dengan Bank BJB kembali menyajikan pertunjukan “Baranang Bentang Harepan: Ngaderes Lutung Kasarung dina Tembang Sunda Cianjuran” di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri Bandung, Kamis (20/3) kemarin.

Pertunjukan yang diambil dari naskah karya Sayudi dengan ide penggarapan langsung oleh Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia, serta konsultan garap oleh Neneng Dinar dan Dian Hendrayana. Sebelumnya, pertunjukan ini telah 3 kali digelar bukan hanya di Unpad, tetapi juga di Cianjur dan Sumedang pada 2011 lalu dan memperoleh sambutan positif dari para penontonnya.

Nia Kurnia, salah seorang penonton pertunjukan yang merupakan mahasiswi asal Jawa Barat mengapresiasi cerita Lutung Kasarung melalui Tembang Cianjuran. Selama ini, ia hanya tahu dongeng tersebut melalui buku bacaan dan film.

“Sejak kecil saya hanya tahu cerita Lutung Kasarung dari buku bacaan sekolah. Dengan pertunjukan ini, saya bisa membayangkan visual dari cerita tersebut,” ujarnya.

Lain Nia, lain lagi Koichi Inamoto. Mahasiswa asal Jepang yang sedang belajar bahasa Sunda ini berpendapat  bahwa cerita Lutung Kasarung yang ditampilkan melalui Tembang Sunda Cianjuran merupakan salah satu wahana untuk mengenal lebih dekat cerita Lutung Kasarung sekaligus dengan seni Tembang Cianjuran. Meskipun kurang memahami secara jelas bahasa Sunda yang digunakan, ia mengapresiasi petunjukan yang konsep dan musikalitas menurutnya sangat bagus.

“Saya harapkan ke depan di Bandung banyak yang mneggelar pertunjukan semacam ini. Ini sangat bagus untuk mempertahankan kesenian dan kebudayaan Sunda,” ujarnya.

[nggallery id=111]
Foto-foto oleh Tedi Yusup (Humas Unpad)*

Aspek itulah yang ingin disampaikan Unpad dalam pertunjukan tersebut. Carita Lutung Kasarung yang dipertunjukkan melalui seni Cianjuran diharapkan mampu menarik perhatian sekaligus menginspirasi generasi muda Jawa Barat untuk melestarikannya. Hal ini pun didukung dengan para juru tembang dan pengiring yang sebagian besar berasal dari kalangan muda.

Pertunjukkan berdurasi sekitar 90 menit ini menampilkan 15 Juru Tembang yang merupakan juara-juara dari Pasanggiri Tembang Sunda, dengan diiringi oleh kelompok paduan suara pilihan yang berasal dari wilayah di Jawa Barat. Tidak ketinggalan, para pemusik muda Cianjuran pun dihadirkan sebagai pemain pengiring sehingga pertunjukkan menjadi lebih semarak.

Digelarnya kembali pertunjukan Ngaderes Lutung Kasarung dina Tembang Sunda merupakan wujud kepedulian Unpad terhadap Seni Sunda Cianjuran.  Pertunjukan ini juga pernah populer di era tahun 1980-an oleh kelompok Dasentra dalam bentuk 3 kaset sehingga karya ini dianggap fenomenal pada zamannya. “Satu hal, dalam pertunjukan ini ada semacam petétan, yang mudah-mudahan ke depan dapat diteruskan regenrasi tembang Sunda Cianjuran,” kata Rektor.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh *

Share this: