Geologi Unpad dan Perhutani Tanam 1.000 Pohon di Cileles Jatinangor

Planting 1.000 trees in Ciparanje, Leles Village, Jatinangor

[Unpad.ac.id, 4/12/2013] Isu lingkungan menjadi semakin nyaring tatkala lingkungan ini semakin rusak. Hidup di tengah-tengah lingkungan menjadikan kita bertanggungjawab dengan lingkungan yang kita tinggali. Berlatar belakang hal tersebut, Fakultas Teknik Geologi Unpad (FTG) Universitas Padjadjaran menyelenggarakan Gerakan Tanam 1.000 Pohon dalam rangkaian Dies Natalis ke-54 Geologi Unpad.

Foto bersama usai penanaman secara simbolik 1.000 pohon di Ciparanje, Desa Leles Jatingor (Foto: Dadan T.)*
Foto bersama usai penanaman secara simbolik 1.000 pohon di Desa Cileles Jatinangor (Foto: Dadan T.)*

Penanaman pohon ini dilakukan di Desa Cileles yang juga masih masuk wilayah Unpad Jatinangor. Menurut ketua pelaksana Gerakan Seribu Pohon, Elmo Ion Agita, daerah ini dipilih karena memang cukup rawan longsor sehingga perlu adanya tanaman penyangga sekaligus dapat menghijaukan kampus.

Ketua umum Dies Natalis Geologi Unpad, R. Irvan Sophian, ST., MT menyebutkan daerah tersebut dipilih karena merupakan daerah sub DAS (Daerah Aliran Sungai). Secara geografis, wilayah tersebut terbaca sebagai hulu sungai sehingga keberadaan pohon sangat berpengaruh terhadap air resapan yang terkandung.

Misi penghijauan yang dibawa merupakan aksi nyata kepedulian terhadap lingkungan. Sebab, lingkungan menjadi tanggung jawab manusia-manusia di dalamnya. Terlebih dengan luas Unpad Jatinangor yang mencapai hampir 165 ha. Sementara itu dari 1.000 pohon dalam gerakan ini, 500 di antaranya merupakan bantuan dari bidang CSR Perhutani.

“Penanaman ini juga dalam rangka mendukung green campuss atau eco campuss,”kata Irvan.

Penanamn secara simbolik pohon Mahoni pada kegiatan Gerakan Tanam 1.000 Pohon dalam rangkaian Dies Natalis ke-54 Geologi Unpad (Foto oleh: Dadan T.)
Penanamn secara simbolik pohon Mahoni pada kegiatan Gerakan Tanam 1.000 Pohon dalam rangkaian Dies Natalis ke-54 Geologi Unpad (Foto oleh: Dadan T.)

Pohon yang dipilih dalam kegiatan ini adalah Mahoni,  alasannya menurut Ketua Pengembangan Hutan Bersama Masyarakat (PBM) Perhutani, Firman Syafrudin, S.Hut. karena pohon mahoni ini memiliki beberapa keunggulan. Antara lain adalah lama penyimpanan air dan umur pohon yang dapat mencapai 50 tahun.

Firman menambahkan, gerakan penanam ini cukup ia apresiasi. Pasalnya merupakan bukti dukungan kampus memperbaiki lingkungan. Hal tersebut berarti telah muncul komitmen  untuk perbaikan lingkungan, meskipun baru dalam skala kampus. Perbaikan lingkungan ini sangat berkaitan dengan iklim mikro dan resapan air. Apalagi manfaat yang dapat dirasakan bukan hanya masyarakat kampus saja, melainkan masyarakat sekitar.

“Satu langkah yang cukup baik dalam artian ini daerah resapan yang kemudian ditanam. Hal ini tentu akan mengurangi run off yang cepat sehingga menahan laju erosi,”papar Firman.

Namun yang harus menjadi perhatian adalah perlakuan pasca penanaman terhadap pohon. Hal tersebut dikarenakan pohon mahoni akan cukup kuat setelah tiga bulan. Sementara untuk tiga bulan tersebut, harus senantiasa dimonitoring perkembangannya. Baik itu dari serangan ulat maupun hama lainnya.

“Itu yang lebih penting sebetulnya pasca penanaman, agar bisa bertahan sampai jangka panjang,”tukasnya.

Belajar menjadi geologis bukan hanya menambang mineral-mineral yang ada, tapi juga harus peka terhadap lingkungan. Kemudian mencoba menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan. Itulah menurut Irvan yang menjadi harapan civitas FTG Unpad. *

Laporan Oleh: Septi Nurdiyanti / eh *

Share this: