Dukung Kelestarian Etnik, Film Daerah Sebaiknya Tetap Gunakan Bahasa Daerah

Suasana workshop "Apresiasi Festival Film Daerah" di Bale Rucita Unpad (Foto: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 21/11/2013] Sebagai salah satu kegiatan pendukung Anugerah Motekar Unpad, digelar workshop produksi film bertajuk “Apresiasi Festival  Fim Daerah”. Workshop yang diikuti oleh puluhan mahasiswa dari berbagai program studi di Unpad ini di laksanakan di Bale Rucita Unpad, Jatinangor, Kamis-Jumat (21-22/11).  Acara ini digelar atas kerja sama Unpad dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unpad.

Suasana workshop "Apresiasi Festival Film Daerah" di Bale Rucita Unpad (Foto: Tedi Yusup)*
Suasana workshop “Apresiasi Festival Film Daerah” di Bale Rucita Unpad (Foto: Tedi Yusup)*

Bertindak sebagai pemateri di hari pertama, Kamis, (21/11) ini adalah dosen Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Hadi Artono. Pada kesempatan tersebut, Hadi  menjelaskan materi tentang teknik pembuatan film, mulai dari pengenalan alat, pencarian ide kreatif, hingga cara pengambilan gambar yang baik.

Hadi menjelaskan  bahwa  dalam membuat video, dibutuhkan adanya penggabungan antara teknologi dan artistik. Ketika digabung, maka harus ada pesan yang disampaikan.  Ketika membuat film, teknologi yang canggih saja tidak cukup, begitu juga sebaliknya.

Sebelum membuat film, ada lima hal yang harus diprioritaskan. Pertama, adalah kru yang hebat, yang mengerti bagaimana cara membuat film yang baik. Kedua, adalah perhitungan biaya. Banyak pemula yang mengesampingkan urusan biaya ini. Padahal, hal ini harus diprioritaskan. Hal penting selanjutnya adalah skenario, SOP,  dan bagaimana distribusinya.

Terkait film nasional, Hadi menuturkan bahwa Indonesia terdiri dari sekumpulan etnik yang mendukung budaya nasional, dimana setiap enik memiliki cirinya masing-masing.  Sebaiknya  setiap film daerah tetap menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. “Film Batak tetap menggunakan bahasa Batak, film Bali menggunakan bahasa Bali, film Sunda menggunakan bahasa Sunda. Biar berkembang etnik-etnik itu,” tuturnya.

Ditemui di sela-sela acara, ketua pelaksana kegiatan tersebut M. Fakhrudi Akbar, S.Sos., M.Si  mengatakan bahwa  acara ini digelar untuk memperkenalkan kepada para mahasiswa terkait teknik pembuatan film. Untuk hari kedua, materi yang disampaikan adalah terkait manajemen produksi film. Materi akan disampaikan oleh produser film Rida Permana dan Rina Damayanti.

“Kemenparekraf punya sebuah program Apresiasi Festival Film Daerah. Di salah satu programnya itu ada kegiatan workshop produksi film. Nah kita memanfaatkan yang sudah ada di Kemenparekraf, kita coba kolaborasikan,” ungkap Akbar yang juga dosen Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unpad ini.

Wakil ketua pelaksana, Veza Aditya Lenggawa mengharapkan bahwa dengan digelarnya acara ini, mahasiswa Unpad dapat memproduksi film dengan baik.  “Semoga dengan telah diberikannya pelatihan ini teman-teman mahasiswa dapat lebih mencintai karya film dan juga terbuka wawasannya tentang perfilman secara umum,” tutur mahasiswa Manajemen Komunikasi Fikom Unpad ini. *

Laporan oleh: Artanti Hendriyana / eh *

Share this: