Poppy Savitri (Sekretaris Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) saat memaparkan materinya di workshop "Kreasi Sarung" di Executive Lounge Unpad *

[Unpad.ac.id, 23/11/2013] Busana tradisional batik kini telah menjadi busana yang sehari-hari digunakan masyarakat. Kreatifitas yang diciptakan untuk busana batik pun sangat beragam, dan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Namun produk tekstil tradisional bukan hanya batik, kita juga punya sarung yang potensial untuk dikembangkan pemanfaatannya.

Poppy Savitri (Sekretaris Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) saat memaparkan materinya di workshop "Kreasi Sarung" di Executive Lounge Unpad *
Poppy Savitri (Sekretaris Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) saat memaparkan materinya di workshop “Kreasi Sarung” di Executive Lounge Unpad *

Demikian salah satu kesimpulan dari kegiatan workshop “Kreasi Sarung” yang menghadirkan narasumber Poppy Savitri (Sekretaris Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), Dina Midiani (Direktur Indonesia Fashion Week), dan Dr. Wieny H. Rizky (Pengamat busana tradisional yang juga Dosen Unpad) di Executive Lounge Unpad Jln. Dipati Ukur 35 Bandung, Sabtu (23/11). Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan Anugerah Motekar Unpad, program apresiasi Unpad terhadap insan-insan kreatif.

“Saat ini, sarung kesannya hanya untuk laki-laki, untuk digunakan ke mesjid, atau untuk selimut tidur. Padahal, sarung bisa dikreasikan menjadi busana dengan aneka gaya yang menarik. Dulu, batik berhasil diangkat dan memasyarakat. Kini giliran sarung,” ujar Dr. Wieny H. Rizky, yang juga merupakan pengamat batik.

Senada dengan semangat memasyarakatkan sarung, Dina Midiani dari Indonesia Fashion Week mengkampanyekan gerakan cinta produk lokal. Menurutnya, kekayaan material, motif, inspirasi, dan sumber kreativitas yang tidak pernah habis, membuat fashion Indonesia terlihat berbeda dengan negara lain. Indonesia layak menjadi pemain penting di industri fashion dunia.

Sementara Poppy Savitri mengajak peserta workshop untuk mengeksplorasi kekayaan lokal dan menciptakan kreasi untuk mendukung ekonomi kreatif yang dapat mendorong terciptanya kemakmuran rakyat. “Dari satu produk novel saja, turunannya bisa ke film, baju, pariwisata, dll. Tenun Garut yang dibuat produk fashion, bisa meningkatkan nilai tenun itu menjadi lebih tinggi,” ujarnya.

Workshop ini juga dimeriahkan dengan demo sarung dari desainer untuk menginspirasi para peserta mengkreasikan sarung menjadi produk fashion yang menarik. Pada Desember mendatang, juga akan dilaksanakan flash mob mengenakan sarung di Unpad Kampus Jln. Dipati Ukur Bandung, sebagai bagian dari kampanye memasyarakatkan sarung. *

Laporan oleh: Erman *

Share this: