Suasana seminar nasional “Neuroscience in Communication Studies”, Rabu (23/10) di Hotel Grand Preanger Bandung (Foto: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 23/10/2013] Aktivitas komunikasi seorang manusia terjadi melalui action potential, yaitu suatu informasi diterima secara visual lalu disalurkan oleh sistem saraf ke otak dan kembali dikirim ke organ tubuh untuk direspons. Proses tersebut nyatanya hanya diolah sepersekian detik pascapenerimaan informasi.

Suasana seminar nasional “Neuroscience in Communication Studies”, Rabu (23/10) di Hotel Grand Preanger Bandung (Foto: Tedi Yusup)*

Dosen Fakultas Psikologi Unpad, Dr. Rismiyati E. Koesma mengatakan ada beberapa sistem saraf yang berperan ketika proses komunikasi interpersonal dilakukan. Sistem tersebut saling berkaitan satu sama lain dan memberikan pengaruh pada komunikasi seseorang.

“Hal itulah yang disebut dengan Neuropsikologi. Komunikasi terjadi akibat kerja saraf-saraf yang begitu rumit tapi bekerja dengan sangat cepat untuk merespons suatu objek atau informasi,” kata Dr. Rismiyati saat menjadi pembicara dalam seminar nasional “Neuroscience in Communication Studies”, Rabu (23/10) di Hotel Grand Preanger Bandung.

Begitu informasi diterima, terjadi sebuah sistem sensorik dimana semua organ indra berperan di dalamnya. Lanjutnya, sistem tersebut dipengaruhi lagi oleh Lymbic system, suatu sistem yang menghubungkan kinerja respons otak dengan emosi manusia. Sehingga sistem ini menentukan bagaimana respons komunikasi seseorang dapat langsung diungkapkan atau tidak sesuai dengan kondisi emosinya.

“Sistem inilah yang menjadi penunjang atau penghambat suatu komunikasi,” tambahnya.

Dalam sistem ini, berperan juga sistem saraf parasympathetic dan sympathetic yang dipengaruhi oleh kondisi jiwa dan stimulasi lingkungan. Apabila seseorang dalam keadaan yang tidak terdesak atau santai, maka sistem parasympatheticyang dominan keluar. Sebaliknya, apabila dalam keadaan stres atau terdesak, maka sistem sympatheticyang lebih dominan.

“Sistem parasympathetic akan menghasilkan komunikasi yang rileks dan mudah keluar ide. Namun, sistem sympathetic cenderung melahirkan konflik di dalam komunikasi,” paparnya.

Stimulasi lingkungan pun berperan melahirkan “self” (ego), dinamika kondisi neuropsikologi dalam diri seseorang dengan pembawaan dia ketika memasuki lingkungan. “Semakin dewasa seseorang self-nya pun akan semakin berkembang. Namun, tidak semua perkembangannya sama sehingga komunikasi interpersonal setiap orang pun akan melahirkan komunikasi yang jujur, berbohong, ataupun merasa paling benar,” jelas Dr. Rismiyati.

Seminar nasional ini digelar oleh Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unpad sebagai bagian dari peringatan Dies Natalis ke-53 Fikom Unpad. Selain Dr. Rismiyati, seminar yang diikuti oleh peserta dari perguruan tinggi dan institusi dari beberapa wilayah di Indonesia ini juga menghadirkan pembicara utama Dr. Jalaludin Rakhmat, M.Sc., dan pembicara lain dari berbagai disiplin ilmu, yaitu: dr. Erial Bahar, M.Sc., Popy Rufaidah, S.E, MBA, Ph.D., dan Dr, Taufik Pasiak, dr., M.Kes., M.Pd.*

Laporan oleh:Arief  Maulana / eh *

Share this: