Masih Lambat, Penyerapan Lulusan Sarjana di Indonesia

[Unpad.ac.id, 24/09/2013] Berdasarkan data dari Organization for Economic Co-operation Development (OECD), Indonesia akan menjadi negara dengan jumlah sarjana terbanyak kelima di dunia pada tahun 2020 mendatang. Data tersebut merupakan proyeksi dari upaya Indonesia untuk meningkatkan jumlah lulusan perguruan tinggi setiap tahunnya.

Logo Unpad *

Di sisi lain, penyerapan lulusan sarjana di Indonesia tergolong lambat. Menurut Dosen Fakultas Psikologi (Fapsi) Unpad, Dr. Anissa Lestari Kadiyono, S.Psi., M.Psi., keadaan ini tentu saja perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak.

“Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah pengangguran sarjana pada Februari 2013 mencapai 360 ribu orang, atau 5,04% dari total pengangguran yang mencapai 7,17 juta orang,” ujar Dr. Anissa saat membawakan orasi ilmiah berjudul “Peran Human Capital dalam Membentuk Perilaku Positif dan Membangun Karakter Bangsa di Era Globalisasi” dalam rangka Dies Natalis ke-52 Fapsi Unpad, Sabtu (21/09).

Lambatnya penyerapan lulusan sarjana di dunia kerja salah satunya disebabkan kualitas lulusan sarjana yang belum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Hal ini berarti lulusan sarjana pun harus memiliki etos kerja, motivasi yang tinggi, kreatif dan inoveatif, serta mampu menyesuaikan keterampilan dan keahliannya sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Dalam penelitian yang dilakukan Dr. Anissa, dihasilkan bahwa human capital merupakan modal dasar dalam membentuk positif yang akan berkontribusi bagi kemajuan lingkungan maupun produktivitas organisasi.

“Mengutip dari Petterson dan Spiker, Human capital adalah aset individu yang berisikan pengetahuan, pengalaman, keterampilan, sikap, nilai, dan kapasitas yang memiliki nilai tambah bagi organisasi atau lingkungannya,” terangnya.

Agar human capital ini dapat dimiliki oleh setiap lulusan, perguruan tinggi pun seharusnya memiliki peran yang dominan sebagai mesin pencetak human capital.

Lantas, bagaimana perguruan tinggi mampu mewujudkan peran tersebut? Dr. Anissa menjelaskan, human capital Indonesia dapat dipenuhi apabila perguruan tinggi mampu mewujudkan pendidikan karakter yang telah tertuang dalam fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional sesuai dengan UUD 1945.

“Pendidikan seyogianya tidak hanya membangun pengetahuan akan suatu bidang, namun juga menumbuhkan sikap dan keterampilan dalam melakukannya. Proses pendidikan seharusnya menjadikan peserta didik memiliki kematangan emosi dan kematangan psikologis,” ujar Dr. Anissa.

Ia pun berharap semua pihak mampu berkontribusi dalam membangun human capital Indonesia. “Fapsi pun sangat berperan dalam membangun sarjana yang berkualitas. Marilah kita bersama-sama saling mendukung dan menghargai demi meningkatkan perna Fapsi Unpad dalam membangun bangsa yang sangat kita cintai,” pungkasnya.

Selain orasi ilmiah, perayaan Dies Natalis ini juga diisi oleh laporan capaian Fapsi Unpad oleh Dr. Hendriati Agustiani, M.Si., Dekan Fapsi Unpad.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh *

Share this: