Kelola Sampah Mulai dari Diri Sendiri, dari yang Kecil dan Saat Ini Juga

Muhamad Fatah Wiyatna, S.Pt., M.Si., (berdiri) saat menyampaikan materi pada Simposium Pekan Lingkungan “Pengelolaan Sampah di Masyarakat”, Sabtu (14/09) di Bale Santika Unpad, Jatinangor. (Foto: Arief Maulana)

[Unpad.ac.id, 14/09/2013] Lupakan pernyatan bahwa sampah merupakan limbah yang menjijikkan. Saat ini, sampah bisa dikelola dan diolah sehingga keberadaannya bukan lagi menjadi sesuatu yang menjijikkan. Bahkan, mengolah sampah pun bisa menghasilkan manfaat yang bisa dikembangkan menjadi bisnis.

Muhamad Fatah Wiyatna, S.Pt., M.Si., (berdiri) saat menyampaikan materi pada Simposium Pekan Lingkungan “Pengelolaan Sampah di Masyarakat”, Sabtu (14/09) di Bale Santika Unpad, Jatinangor. (Foto: Arief Maulana)

Adalah Muhamad Fatah Wiyatna, S.Pt., M.Si., dosen Fakultas Peternakan Unpad yang sudah lama mengembangkan konsep sistem pengelolaan sampah yang bernama Biomethagreen. Sistem ini menggunakan teknologi fermentasi anaerob. Sistem ini bukan hanya mengurai sampah organik namun juga dapat menghasilkan beberapa produk, seperti bahan bakar biogas, pembangkit generator, dan pupuk organik cair.

“Biomethagreen ini adalah solusi dari permasalahan sampah yang saat ini masih menganut sistem dumping (kumpulkan dan angkut),” ujar Fatah saat menjadi pembicara di Simposium Pekan Lingkungan “Pengelolaan Sampah di Masyarakat”, Sabtu (14/09) di Auditorium Bale Santika Unpad Kampus Jatinangor.

Adapun cara kerja dari sistem biomethagreen adalah, sampah organik dipilah terlebih dahulu dari rumah tangga. Setelah itu, sampah dimasukkan ke dalam bak digester, yaitu bak penampungan sampah tertutup yang terbuat dari beton dan serat kaca. Dengan dibantu oleh bakteri khusus, sampah di bak biodigester itu dapat menghasilkan gas metan yang langsung disalurkan sebagai bahan bakar biogas atau pembangkit generator listrik.

“Sisanya dapat menjadi limbah cair yang kaya nutrisi. Limbah tersebut bisa diolah lagi untuk dijadikan pupuk organik cair,” kata Fatah.

Terkait dengan pupuk organik cair, Fatah telah memproduksinya dengan harga yang murah. Diharapkan, produk pupuknya tersebut dapat menjadi solusi bagi petani terhadap mahalnya harga pupuk organik yang berkualitas.

“Keuntungannya, sistem biomethagreen ini dapat mengurangi tingkat pencemaran akibat sampah, juga sektor ekonomi suatu masyarakat pun dapat meningkat, karena banyak potensi bisnis yang bisa dikembangkan,” cetusnya.

Di hadapan peserta seminar, Fatah pun mengajak untuk lebih peduli terhadap sampah. “Intinya, keberhasilan kita dalam mengelola sampah adalah mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai saat ini juga,” pungkasnya.

Seimbangkan Sampah dengan Tanaman

Sementara itu, Mubiar Purwasasmita, pembicara lainnya dalam simposium ini mengatakan, kondisi sampah saat ini sudah dalam taraf mengkhawatirkan. Kasus longsoran sampah di TPA Leuwigajah beberapa waktu lalu menjadi bukti bahwa sampah di Bandung dan sekitarnya sudah sangat sulit untuk ditampung.

“Saya berasumsi kalau sampah dibiarkan hanya dikumpulkan di suatu tempat, ke depannya bisa jadi leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak (hutan rusak, air habis, manusia sengsara),” ujar dosen ITB ini.

Mubiar pun mengajak para peserta untuk mengelola sampah dengan melahirkan organisme baru. Konsepnya yaitu, sampah harus diseimbangkan dengan banyaknya tanaman hidup. Menurutnya, tanaman adalah organisme yang bisa diperbarui dan memiliki banyak manfaat.

“Semakin banyak timbunan sampah, maka kita harus semakin banyak juga menanam tanaman, karena kontribusi tanaman bagi kelangsungan dunia ini sangat besar,” cetusnya.*

Laporan oleh Arief Maulana/mar

Share this: