Dr. Pramono Anung, “Politik Salon Kecantikan Warnai Panggung Politik Indonesia”

Wakil Ketua DPR RI Dr. H. Pramono Anung Wibowo, MM., yang juga alumni Program Pascasarjana Fikom Unpad, saat membacakan orasi ilmiahnya yang berjudul “Membangun Komunikasi Politik Beretika” dalam rangka Dies Natalis ke-53 Fikom Unpad, Rabu (18/09) di Bale Sawala Unpad Kampus Jatinangor. (Foto: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 18/09/2013] Saat ini, panggung politik Indonesia diwarnai praktisi politik yang lebih mementingkan polesan bedak dan gincu dan dikenal dengan istilah “politik salon kecantikan” atau politik pencitraan. Fenomena ini disinyalir menjadi cara bagi politikus untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih tinggi.

Wakil Ketua DPR RI Dr. H. Pramono Anung Wibowo, MM., yang juga alumni Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi Unpad, saat membacakan orasi ilmiahnya yang berjudul “Membangun Komunikasi Politik Beretika” dalam rangka Dies Natalis ke-53 Fikom Unpad, Rabu (18/09) di Bale Sawala Unpad Kampus Jatinangor. (Foto: Tedi Yusup)*

Hal tersebut dikatakan Wakil Ketua DPR RI Dr. H. Pramono Anung Wibowo, MM.,  dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Membangun Komunikasi Politik Beretika” di hadapan civitas akademika Fakultas Ilmu komunikasi (Fikom) Unpad pada perayaan Dies Natalis ke-53 Fikom Unpad, Rabu (18/09) di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad Kampus Jatinangor.

“Praktik demokrasi Indonesia pascareformasi ini membuka ruang-ruang ekspresi dan partisipasi politik yang luas bagi masyarakat. Ini juga melahirkan beragam manuver serta rivalitas sehingga komunikasi politik hampir dibutuhkan di seluruh tindakan politik,” ujar Pramono.

Menurut Pramono, berkembangnya politik jenis tersebut didasarkan pada absennya etika politik pada level-level elite. Politik salon kecantikan atau politik pencitraan menjadi faktor yang dibutuhkan seorang politikus untuk merebut posisi kepemimpinan politik.

“Maraknya ‘politik salon kecantikan’ merupakan cermin menguatnya kerja-kerja sistem kaptalisme yang tujuan utamanya adalah mendapatkan kekuasaan belaka,” tambah Pramono.

Ditambahkan Pramono, politik jenis ini sering diasumsikan penting oleh sebagian politisi. Mengutip kata-kata filsuf Plato, bahwa politisi adalah moralis “pemintal kata-kata” yang tak hilang inspirasi, sang aktor “politik salon kecantikan” ini pun akan mengekspresikan demokrasi dan aktualitas komunikasi politik dengan cara yang dangkal.

Politisi yang lebih mementingkan polesan bedak dan gincu ini sering muncul hampir di seluruh media dan ruang-ruang publik. Bahkan, para pejabat publik yang memiliki jabatan politik pun sudah tidak malu lagi menggunakan anggaran pemerintah untuk mengiklankan diri demi kepentingan politiknya.

“Calon legislatif yang tidak diketahui jejak rekamnya dan tak kenal daerah pemilihannya bisa dicitrakan menjadi asli putra daerah dan peduli pada kampung halamannya sehingga perkembangan politik Indonesia saat ini diwarnai oleh idolisasi dan minimnya ideologisasi partai politik,” imbuh Pramono.

Padahal, sejatinya komunikasi politik saat ini menjadi kebutuhan penting di dalam dinamika politik kontemporer. Komunikasi politik itu mencakup segala bentuk komunikasi seorang politikus dalam aktivitas politiknya, baik antar selama politikus maupun kepada kelompok di luar poliikus dan media publik. Di hadapan civitas akademika Fikom Unpad, Pramono pun berpesan agar bersama-sama membumikan Etika Komunikasi Politik.

“Etika komunikasi politik itu ialah membumikan spirit negarawan dalam diri politisi, membumikan literasi politik, menyadari pentingnya asketisme politik dan komunikasi politik yang beretika, serta membangun sistem politik yang lebih demokratis,” kata Pramono yang juga alumni Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi Unpad.

Prestasi Fikom Unpad
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Dekan Fikom Unpad, Prof. Deddy Mulyana, memaparkan beberapa capaian terbaik dari Fikom Unpad. Selain meraih ranking pertama Indonesia Best School of Communication 2013 versi Majalah Mix (Kelompok Media SWA), Fikom Unpad pun menjadi tempat studi ilmu komunikasi terfavorit di Indonesia.

Capaian lainnya adalah semua program studi di Fikom Unpad berakreditasi A berdasarkan penilaian dari BAN PT. Iklim akademik di Fikom Unpad pun semakin menginternasional. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya puluhan dosen tamu dan pakar nasional dan internasional yang mengisi kuliah umum maupun pembicara dalam seminar internasional di Unpad. Beberapa dosen Fikom Unpad pun banyak yang berprestasi di kancah internasional, diantaranya dengan melakukan publikasi internasional maupun pembicara dalam seminar internasional.

Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia pun mengapresiasi capaian-capaian yang telah diraih oleh Fikom Unpad. Rektor pun mendorong kepada seluruh dosen di Fikom Unpad untuk dapat mencapai karir tertingginya sebagai seorang dosen, yaitu menjadi  guru besar.

“Mengutip kata-kata dari Prof. Ahmad Baihaqi, kalau Anda jadi dosen cepat-cepatlah menjadi doktor. Kalau Anda sudah menjadi doktor, segeralah bercita-cita menjadi guru besar yang tentunya berintegrasi dengan bidang ilmunya dan jangan sampai anonim dalam bidang ilmunya,” kata Rektor.

Acara pun ditutup dengan peluncuran buku “Komunikasi Politik, Politik Komunikasi” karya Prof. Deddy Mulyana dan “Metode-metode Komunikasi” karya Prof. Nina Syam.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh *

Share this: