Prof. Dr. Dinan S. Bratakoesoema, dr., SpOG(K)., “Tinggi, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia”

rof. Dr. Dinan S. Bratakoesoema, dr., SpOG(K) saat menyampaikan pidato purnabakti (Foto: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 17/04/2013] Angka Kematian Ibu (AKI) saat persalinan di Indonesia ternyata tergolong tinggi. Indonesia menduduki nomor 3 tertinggi di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara untuk jumlah AKI. Berdasarkan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI ) tahun 2007, banyaknya AKI berjumlah 228 orang dari 100.000 kelahiran. Angka ini 20 – 30 kali lebih lipat dibanding dengan AKI di Malaysia dan Singapura.

Prof. Dr. Dinan S. Bratakoesoema, dr., SpOG(K) saat menyampaikan pidato purnabakti (Foto: Tedi Yusup)*

“Dari data di atas, seharusnya AKI ini dipandang sebagai publical problem. Nyatanya di beberapa puskesmas, publical problem masih dikategorikan untuk penyakit menular,” ujar Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) Unpad, Prof. Dr. Dinan S. Bratakoesoema, dr., SpOG(K), saat menyampaikan Pidato Purnabaktinya yang berjudul “Penurunan Angka Kematian Ibu di Jawa Barat, Suatu Tantangan Bagi Insan Kesehatan Jawa Barat”, Rabu (17/04) di Auditorium Rumah Sakit Pendidikan Unpad, Bandung.

Menurut Prof. Dinan, tingginya AKI di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa hal yang lebih dikenal dengan istilah 4 terlalu dan 3 terlambat, yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, terlalu banyak, dan terlambat dalam mencapai fasilitas, terlambat mendapatkan pertolongan, dan terlambat mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan. Oleh karena itu, pelayanan KB berkualitas di Indonesia perlu diperhatikan secara serius.

“Ibu-ibu di Jawa Barat ternyata masih banyak yang melahirkan dengan bantuan dari para paraji atau dukun beranak. Sebab, ketersediaan bidan di wilayah Jawa Barat belum merata,” ujar Prof. Dinan.

Di sisi lain, para bidan yang ada pun belum sepenuhnya memiliki keahlian di bidangnya. Hal itulah yang disesalkan oleh Prof. Dinan. Oleh karena itu, ia bersama Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) tengah menggalakkan program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) di Jawa Barat.

Adapun sasaran utama program EMAS tersebut ialah memperbaiki sistem rujukan dengan mempercepat komunikasi antara bidan, puskesmas, dan RSUD, membina dan meningkatkan kemampuan dan kewaspadaan bidan di desa, puskesmas, dan RSUD, serta meningkatkan kemampuan dan kecepatan penanggulangan kegawatdaruratan di RS rujukan.

“Program EMAS ini akan dilaksanakan di 6 provinsi di Indonesia, termasuk di Jawa Barat. Setiap provinsi akan dibina dan diberi bantuan teknis kepada 5 Rumah Sakit Kabupaten dan 25 Puskesmas,” tambah Prof. Dinan.

Salah satu sistem komunikasi yang dikembangkan ialah SMS Gateway, yaitu tiap-tiap bidan mempunyai PUN sendiri untuk dapat menghubungi RSUD. Melalui sistem tersebut, bidan akan lebih mudah memberi rujukan jika terdapat ibu hamil yang memerlukan perawatan khusus serta jenis kegawatdaruratan apa yang diketahui sehingga RSUD dapat menyiapkan kebutuhannya dengan lebih cepat dan dini.

Melalui program tersebut, Prof. Dinan berharap AKI di Jawa Barat, khususnya dapat mengalami penurunan sesuai dengan target AKI di Indonesia pada tahun 2015, yakni 102 kematian dari 100.000 kelahiran.

“Upaya penurunan AKI merupakan tanggung jawab bersama. Selain itu, pendidikan bidan pun kualitasnya perlu ditingkatkan agar mampu melahirkan bidan-bidan yang terampil,” harap Prof. Dinan.

Pidato purnabakti ini dihadiri oleh Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia, Dekan FK Unpad, Prof.Dr.med.Tri Hanggono Achmad, dr., para direktur Rumah Sakit di Bandung serta Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat. Dalam kesemapatan tersebut juga diberikan buku Biografi Prof. Dinan oleh Dekan FK Unpad.*

Laporan oleh: Maulana / eh *

Share this: