Menlu Retno Marsudi: Indonesia Mengedepankan Diplomasi Perdamaian dan Kemanusiaan

[unpad.ac.id, 19/12/2018] Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi menjelaskan, ada dua diplomasi menonjol yang dilakukan Indonesia di tingkat internasional, yaitu diplomasi perdamaian dan diplomasi kemanusiaan. Dua diplomasi ini memiliki keterkaitan satu sama lain.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat membuka acara “Diplomacy Festival 2018” yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri RI di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung, Rabu(19/12). (Foto: Tedi Yusup)*

“Kalau tidak ada perdamaian, yang paling terkena dampaknya adalah manusia,” ujar Retno saat gelar wicara dalam pembukaan acara “Diplomacy Festival” (Diplofest) 2018 yang digelar Kementerian Luar Negeri RI di Grha Sanusi Hardjadinata kampus Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung, Rabu (19/12).

Mengutip pernyataan Ibu Negara Afghanistan Rula Ghani, Retno menyampaikan konflik tidak hanya merusak lingkungan, tetapi berpengaruh pada moral masyarakat terdampak. Konflik mendorong lahirnya sikap bertahan hidup. Sikap ini menurut Retno akan menghilangkan nilai-nilai kebenaran.

“Untuk itu perdamaian harus diupayakan, persaudaraan harus diupayakan. Dia tidak jatuh dari langit,” jelas Retno.

Untuk itu, Indonesia terus berada di garda terdepan dalam membantu masalah kemanusiaan di dunia dengan cara yang bermartabat. Salah satu komitmen Indonesia di tingkat dunia adalah solidaritas terhadap penanganan tragedi kemanusiaan di Palestina.

Retno menjelaskan, Indonesia sudah banyak membantu masyarakat Palestina. Saat ini, Pemerintah telah sepakat melipatgandakan kontribusi melalui UN Agency untuk membantu penyintas Palestina. Kamu filantropis dan masyarakat Indonesia pun konsisten mengirimkan bantuan ke Palestina.

“MUI sedang berencana bangun rumah sakit di Hebron. Beberapa kalangan masyarakat juga ingin meneruskan membangun rumah sakit di Gaza,” kata Retno.

Tidak hanya pengiriman bantuan, Indonesia juga membantu Palestina dalam penguatan sumber daya manusia. Beberapa perguruan tinggi, termasuk Unpad, ikut memberikan beasiswa bagi pelajar asal Palestina. Tidak hanya itu, Indonesia juga membantu mempersiapkan pendidikan bagi calon pilot Palestina.

“Banyak hal yang kita lakukan untuk Palestina. Kita akan terus perkuat dukungan kita untuk Palestina,” tegasnya.

Retno juga menjelaskan upaya yang telah dilakukan Indonesia dalam menangani masalah kemanusiaan di Afghanistan dan Rohingnya, Myanmar.

Tidak hanya membantu daerah konflik, diplomasi Indonesia juga ikut berkontribusi di wilayah terdampak bencana. Tercatat, bantuan Indonesia telah banyak mendarat di wilayah tertimpa bencana di negara lain. “Begitu kena bencana, kita berusaha untuk masuk,” kata Retno.

Dipercaya Internasional

Diplomasi perdamaian dan kemanusiaan yang diusung Indonesia salah satunya membuahkan hasil manis. Medio Juni lalu, Indonesia dinobatkan sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) periode 2019-2020.

Terpilihnya Indonesia dilakukan berdasarkan hasil pemungutan suara. Dari 190 suara anggota PBB, Indonesia memperoleh suara prioritas sebanyak 144 suara. Hasil ini tentu saja membanggakan Retno yang hadir dalam acara pemilihan yang digelar di Markas Besar PBB tersebut.

“Ini bukan capaian diplomasi. Ini capaian seluruh anak bangsa Indonesia,” kata Retno.

Dengan terpilih menjadi anggota tidak tetap DK PBB, Indonesia dihadapkan pada sejumlah tantangan penyelesaian masalah perdamaian dan kemanusiaan di dunia. Retno menilai, isu kemanusiaan yang dihadapi Indonesia saat ini merupakan bagian kecil dari isu global.

“Kita doakan diplomat indonesia doberikan kesehatan kekuatan untuk menunaikan tugas yang sangat bermartabat,” harap Retno.

Bandung Kota yang Penting

Penyelenggaraan Diplofest 2018 di Unpad, Bandung, merupakan kegiatan ketiga yang telah dilaksanakan Kemlu. Kegiatan ini bertujuan mengenalkan masyarakat terhadap diplomasi yang dilakukan Indonesia di tingkat internasional.

Rektor Unpad Prof. Tri Hanggono Achmad mengatakan, digelarnya Diplofest 2018 di Bandung menjadi momentum penting. Pasalnya, Bandung memiliki keterikatan sejarah kuat dalam perjuangan diplomasi bangsa.

Digelarnya Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 merupakan momentum penting diplomasi Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.

Untuk itu, Retno mengatakan, ada tiga inti kegiatan Diplofest yang digelar Kemenlu. Pertama memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang diplomasi yang dilakukan Indonesia. Kedua, Diplofest memfasilitasi kepentingan masyarakat untuk dipertimbangkan dan dimasukkan dalam kebijakan politik luar negeri Indonesia.

“Kita juga memanfaatkan keahlian yang dimiliki para diplomat Indonesia untuk pemberdayaan mahasiswa,” kata Retno.

Acara Diplofest 2018 juga dihadiri sejumlah pimpinan Kemenlu dan para diplomat. Tidak hanya gelar wicara, acara juga diisi dengan diskusi dengan para diplomat, simulasi public speaking, hingga pengenalan aplikasi mobile yang dikeluarkan Kemenlu RI.*

Laporan oleh Arief Maulana

 

Share this: